Salah satu alasan mengapa banyak resolusi tahun baru gagal terlaksana adalah karena tidak ada tujuan yang spesifik dan rencana yang jelas untuk mewujudkannya.
Resolusi keuangan 2023 untuk “menabung lebih banyak” tentu tidak buruk. Namun, saya tidak akan kaget jika di bulan Maret kamu sudah lupa pernah punya resolusi tersebut.
Resolusi tersebut akan lebih powerful jika disertai dengan jumlah peningkatan rasio tabungan, tujuan kamu menabung, dan dari mana tambahan uang tersebut berasal.
Berikut ini adalah 10 ide resolusi keuangan 2023 yang bisa kamu jadikan sebagai referensi untuk resolusimu sendiri.
1. Meningkatkan Rasio Tabungan Jadi 50% Agar Bisa Terkumpul 50% DP Rumah
Seperti yang pernah kami bahas di artikel ini, rasio tabungan adalah perbandingan antara nominal yang kamu tabung dengan total penghasilanmu per bulan.
Jika kamu bisa menabung Rp 4 Juta dari penghasilan Rp 20 juta, berarti rasio tabunganmu 20%.
Jika penghasilanmu naik jadi Rp 25 juta, tetapi nominal yang kamu tabung tetap Rp 4 juta per bulan, berarti rasio tabunganmu turun jadi 16%.
Untuk mempertahankan rasio tabunganmu di angka yang sama, nominal yang kamu tabung harus ikut meningkat seiring dengan kenaikan penghasilanmu.
Dengan kata lain, pengeluaranmu berarti harus bisa ditahan ketika penghasilanmu meningkat.
Jika rasio tabunganmu ingin ditingkatkan, bukan cuma dipertahankan, berarti pengeluaranmu harus dikurangi.
Tidak semua orang atau keluarga bisa melakukannya karena kondisi keuangan yang berbeda-beda. Namun, itulah jalan yang harus ditempuh jika kamu ingin membeli rumah dan kendaraan yang layak, liburan ke luar negeri, dan pengeluaran konsumtif besar lainnya di masa depan.
Save now to spend it on bigger items later.
Kan bisa pakai KPR?
Ya bener. Pinjaman konsumtif memang berguna untuk membantumu menjembatani kebutuhan pengeluaran dan kemampuan keuanganmu saat ini.
Tapi ingat, ada konsekuensinya.
Note this: semakin besar plafon pinjaman dan semakin panjang tenornya, semakin besar pula nominal bunga yang kamu bayar.
Agar plafon pinjamannya tidak terlalu besar dan tenornya tidak terlalu panjang, kamu punya 2 pilihan: menyediakan DP yang lebih besar atau mengincar rumah yang lebih murah.
Keduanya sama-sama berat, tetapi “penderitaan” dari opsi pertama hanya sementara, sedangkan “penderitaan” dari opsi yang kedua mungkin akan berlangsung selamanya.
Let’s do a quick math.
Jika rumah incaranmu di harga Rp 800 Juta dan kamu ingin punya 50% DP dari harga rumah, berarti kamu butuh tabungan Rp 400 Juta.
Bisakah angka tersebut tercapai dalam 1 tahun?
Bisa saja, tapi it’s very unlikely for most cases.
Jika menghitung THR sebagai gaji ke 13, berarti kamu butuh nabung Rp 31 juta per bulan untuk mengumpulkan Rp 400 juta dalam satu tahun. Dengan rasio tabungan 50% sekali pun, berarti penghasilan per bulanmu harus Rp 62 Juta.
Namun, jika penghasilanmu saat ini Rp 25 Juta, menaikkan rasio tabungan dari 20% ke 50% bisa mempercepat waktumu mengumpulkan 50% DP dari 6 tahun menjadi hanya 2,5 tahun.
2025 beli rumah dengan DP 50% doesn’t feel too long right?
Tapi kalau penghasilanmu masih di bawah 25 juta, tentu saja waktu tunggunya perlu lebih lama.
Mau baca Insight tentang Keuangan pribadi dan >200 Insight keuangan lainnya? Yuk gabung komunitas dan diskusi bersama di Quality Investor Club!
2. Tidak Melihat Pasar Saham Ketika Sedang Kerja
Kecuali pekerjaanmu memang berhubungan dengan pasar saham, melihat pasar saham ketika sedang bekerja adalah kegiatan yang sangat tidak produktif, bagi beberapa orang bahkan bisa jadi toxic.
10K-Diver, salah satu Fintwit (Financial Twitter) favorit saya menghitung, kita hanya butuh 53,2% “hari hijau” untuk mendapatkan return 15% per tahun. Jika total hari bursa 250, berarti kita hanya butuh 133 “hari hijau” dan kita bisa menerima 117 “hari merah” untuk tetap mendapat return tahunan yang memadai.
Lalu buat apa terlalu gembira atau terlalu sedih dengan pergerakan harga saham harian?
Seperti kata Benjamin Graham, pasar saham adalah mesin voting dalam jangka pendek dan mesin penimbang dalam jangka panjang.
Dengan mengurangi intensitas mengecek pasar saham, kamu bukan cuma bisa lebih fokus pada fundamental perusahaan -sesuatu yang pada akhirnya akan ditimbang oleh pasar saham dalam jangka panjang, kamu juga bisa lebih fokus pada pekerjaan utamamu.
Seperti yang pernah saya hitung di sini, sebelum dana investasimu mencapai Rp 1 Miliar, penghasilan dari pekerjaan dan nominal tabungan yang disisihkan akan berperan lebih tinggi pada peningkatan kekayaanmu dibanding return investasi.
Bagaimana dengan pasar saham US? Kan mulainya malam tuh.
Sama aja! Begadang untuk memantau pasar saham US sama tidak sehatnya dengan melihat pasar saham Indonesia saat kamu sedang bekerja.
“Games are won by players who focus on the playing field – not by those whose eyes are glued to the scoreboard. If you can enjoy Saturdays and Sundays without looking at stock prices, give it a try on weekdays.”
(Warren Buffett, 2013 Berkshire Hathaway Shareholder Letter)
3. Mulai Membangun Brand di Media Sosial
Tidak semua orang beruntung bisa menemukan pekerjaan yang disukai sekaligus memberi penghidupan yang layak. Beberapa orang bahkan tidak bisa mendapatkan keduanya.
Namun bersyukurlah, karena kehadiran dan perkembangan internet, kamu bisa punya semesta peluang yang lebih besar untuk meraih penghidupan yang layak dari pekerjaan yang kamu suka.
Kamu bisa mendapat peluang kerja dari jalur yang tidak konvensional atau bahkan kamu bisa menciptakan pekerjaan baru untuk dirimu sendiri.
“Internet merupakan surga bagi para wirausaha, di mana Anda dapat memanfaatkan platform media untuk membangun personal brand yang sangat kuat sehingga dunia ini bukan saja bersedia membayar Anda mendapatkan produk atau jasa Anda, atau agar Anda mempromosikan produk dan layanan orang lain, mereka mungkin bersedia membayar Anda hanya sekadar untuk menjadi diri Anda. Bagi saya, saat itulah Anda menjadi influencer sejati. Pada puncaknya, influencer marketing merupakan acara realitas TV versi 2.0. Saya ingin Anda memandang diri Anda sebagai bintang terbaru masa depan.”
(Gary Vaynerchuk, Crushing It)
Jika kamu hanya ingin mendapatkan penghasilan ekstra, berdagang online atau menawarkan jasa freelance di marketplace bisa menjadi pilihan. Namun, sulit sekali membangun moat atau competitive advantage di jenis side hustle tersebut. Ketatnya kompetisi akan membuatmu harus terlibat perang harga dengan pemain lainnya.
Produk atau jasamu harus dibangun di atas sebuah brand yang dipercaya oleh sekelompok orang bisa menghadirkan manfaat nyata bagi kehidupan mereka.
Dengan bantuan internet, kamu bisa menemukan sekelompok orang tersebut tanpa harus menyebarkan flyer di jalan, membayar iklan baris di koran, atau pitching ke produser agar diundang ke talkshow di TV mereka.
Kamu bisa mulai berbagi apa yang menjadi minatmu saat ini juga.
Namun, sama seperti investasi saham, membangun brand di media sosial adalah perjalanan panjang. Hasilnya mungkin baru akan terlihat dalam hitungan tahun.
Karena itulah, Gary V. mengingatkan 7 pilar penting yang harus dimiliki oleh seorang content creator sebelum mulai membuat konten.
- Tujuan Selain Uang. Agar bisa bertahan dalam jangka panjang, seorang content creator harus memiliki kepedulian yang otentik terhadap isu dan audience-nya.
- Tampil Apa Adanya. “Semakin otentik diri Anda, semakin banyak orang yang bersedia memaafkan kekeliruan dan kesalahan Anda sebagai manusia.”
- Passion. Dalam bahasa latin, passio artinya adalah suffering. Kecintaan pada sesuatu akan membuatmu tetap bahagia saat menjalani proses yang berat dan menantang.
- Kesabaran. Lamanya proses suffering yang dijalani oleh content creator berbeda-beda, tetapi yang pasti tidak ada yang instan.
- Kegesitan. Content creator harus bersabar dalam suffering yang akan rewarding dalam jangka panjang, tetapi juga harus gesit dalam memanfaatkan waktunya. Content creator tidak boleh overthinking terhadap konten yang ingin dibuat. Mulai lah membuat konten, evaluasi, dan perbaiki di konten berikutnya.
- Kerja Keras. Di masa-masa awal, content creator harusnya tidak lagi memiliki waktu untuk bersantai. Waktunya akan habis digunakan hanya untuk pekerjaan utama, membuat konten, dan kebersamaan dengan keluarga.
- Memahami Ke Mana Atensi Audience Terarah. “Mengetahui cara untuk menemukan hal-hal menarik yang kurang dihargai atau disepelekan adalah keahlian kunci seorang content creator.”
INVESTABOOK pada awalnya saya bangun di platform Instagram untuk berbagi insight yang saya temukan dalam proses saya belajar investasi saham dan jarang dibahas oleh akun-akun lainnya.
Jika ada di antara kamu yang telah mengikuti INVESTABOOK sejak tahun 2019, kamu pasti ingat bagaimana konten INVESTABOOK sering mengkritik edukasi investasi saham yang oversimplistic seperti “beli saham bluechip lalu tinggal tidur” atau “saham dengan PE < 10 dan PBV < 1 pasti murah”.
Follower INVESTABOOK angkatan 2019 juga pasti notice bahwa kami lah yang memulai pembahasan soal economic moat dan kegunaannya dalam proses analisis.
Saya bersyukur, karena INVESTABOOK, hingga saat ini saya bisa hidup dengan melakukan apa yang saya cintai: menulis.
It’s not gonna be easy, but it’s worth it.
4. Memisahkan Rekening Pribadi dan Rekening Bisnis
Jika saat ini kamu sedang menjalankan bisnis, entah secara full time atau sebagai side hustle, sebaiknya segerakan membuat rekening terpisah dengan rekening pribadi.
Apalagi jika bisnismu melibatkan pembelian barang modal seperti persediaan atau mesin. Pembukuannya akan jauh lebih sederhana jika kamu memiliki rekening bisnis yang terpisah dengan rekening pribadi.
Bahkan jika bisnismu berbasis jasa, saya tetap menyarankanmu untuk menggunakan rekening terpisah untuk membangun mental state bahwa bisnismu adalah entitas yang berdiri sendiri, meskipun kamu belum memiliki badan hukum misalnya.
Saya juga lebih menyarankanmu menetapkan gaji yang wajar (sesuai role dan beban kerja) untukmu sendiri dibanding mengambil “dividen” setiap bulan.
Menggaji dirimu sendiri akan membuat cost structure dan profit margin bisnismu lebih realitis.
5. Membuat Budget Setiap Ada Perubahan Kondisi Keuangan
Membuat budget atau rencana anggaran adalah langkah pertama untuk memperbaiki pengelolaan cash flow. Orang-orang yang kesulitan untuk menabung atau tidak bisa membayar tagihan kartu kreditnya secara penuh, harus belajar membuat budget dan menggunakannya sebagai acuan pengeluaran.
Namun, bagi natural saver sekali pun, membuat budget tetap penting untuk dilakukan ketika ada perubahan kondisi keuangan yang signifikan.
Misalnya, kenaikan atau penurunan penghasilan, kehilangan pekerjaan, mengambil utang besar seperti KPR, atau pensiun.
Jika penghasilanmu naik, pos pengeluaran apa yang akan ditingkatkan? Sewa rumah lebih besar? Belanja pakaian lebih sering? Liburan ke tempat yang lebih jauh? Atau nabung lebih banyak?
Sebaliknya, ketika penghasilanmu turun atau bahkan hilang karena kamu di-PHK, alokasi pengeluaran apa yang perlu dikurangi atau dihilangkan?
Budgeting akan membantumu menentukan prioritas dan mengatur spending dengan lebih bijak.
6. Mengoptimalkan Kartu Kredit untuk Meningkatkan Skor Kredit
Kartu kredit adalah pisau tajam bermata dua. Di satu sisi, banyak orang yang terjebak utang berbunga tinggi karena gagal menggunakan kartu kredit dengan baik, tetapi di sisi lain banyak juga yang mendapat manfaat keuangan darinya.
Mulai dari manfaat jangka pendek seperti diskon khusus, poin, atau miles yang bisa ditukar dengan tiket pesawat, hingga manfaat jangka panjang seperti kemudahan proses mengambil pinjaman untuk KPR atau kredit usaha.
Penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran dengan nominal yang sesuai dengan kemampuanmu membayar akan menambah “portofolio” kreditmu di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK yang dulu dikenal dengan nama BI Checking.
SLIK OJK adalah database yang berisi seluruh data pinjaman yang diberikan oleh bank dan lembaga keuangan lainnya di Indonesia. Artinya, jika skor kreditmu di salah satu bank macet, maka pintu pinjaman dari tempat lain juga sulit akan terbuka.
Sebaliknya, skor kredit yang baik akan membuka pintu di banyak bank dan lembaga keuangan lainnya ketika kamu membutuhkan pinjaman.
Jika kamu terus mampu membayar seluruh tagihan kartu kreditmu dengan lancar, bukan cuma proses pengajuan pinjamanmu yang ikut lancar, bank bisa jadi juga rela mengambil untung yang lebih sedikit (baca: menetapkan bunga lebih rendah) karena profil risikomu yang rendah.
7. Menutup Polis Asuransi yang Tidak Dibutuhkan
Dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2019 yang dilakukan oleh OJK, terungkap bahwa indeks inklusi asuransi lebih baik dari pasar modal (13,2% vs 1,6%).
Artinya, jumlah pemegang polis asuransi di Indonesia kurang lebih 8x lebih banyak dari investor pasar modal (saham, obligasi, dan reksa dana).
Data tersebut sekilas mengherankan bagi saya yang lebih sering melihat edukasi tentang investasi dibanding asuransi di media sosial.
Namun, setelah ditawari asuransi oleh seorang teman lama, saya baru sadar kalau asuransi adalah salah satu industri dengan jumlah tenaga penjual (sales atau agen) yang cukup banyak. Di industri keuangan, mungkin hanya kalah dari perbankan.
Dibanding sales sekuritas misanya, tenaga penjual asuransi jauh lebih agresif dalam menawarkan layanannya.
Di satu sisi hal ini membantu meningkatkan inklusi layanan asuransi yang most of the time memang dibutuhkan, tetapi di sisi lain juga membawa efek samping berupa overselling (menjual produk asuransi melebihi dari yang konsumen butuhkan) atau bahkan misselling (menjual produk asuransi yang tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen).
High Net Worth Individual (HNWI) atau nasabah prioritas bank biasanya jadi salah satu target pasar utama para tenaga penjual asuransi.
Jika kamu sudah punya asuransi, tidak ada salahnya untuk me-review polisnya. Apakah seluruh manfaat yang ditawarkan benar-benar sesuai kebutuhanmu? Apakah ada manfaat yang tumpang tindih jika kamu punya lebih dari satu polis? Apakah ada manfaat investasi yang sebenarnya tidak kamu butuhkan?
Asuransi itu seperti pengeluaran untuk keamanan. Bagi sebagian orang, membayar satpam sudah cukup, tetapi ada juga yang merasa perlu menambah CCTV di beberapa titik rumahnya. Tiap orang bisa berbeda-beda standar kebutuhannya.
Jadi, definisikan dulu kebutuhan proteksimu, baru cari produk asuransi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Jangan ragu untuk menutup polis asuransi jika setelah di-review produk tersebut memang tidak kamu butuhkan.
8. Berhenti Spekulasi dan Mulai Lebih Serius Investasi Saham
Menurut Benjamin Graham, investasi adalah sebuah aktivitas yang berdasarkan (1) analisis komprehensif, (2) perlindungan terhadap modal, dan (3) potensi keuntungan yang wajar. Jka satu saja kriteria tersebut tidak ada, maka yang orang tersebut lakukan adalah spekulasi.
Konsekuensinya, meskipun ada 4,4 juta investor saham terdaftar di Indonesia, belum tentu mereka semua berinvestasi di pasar saham.
Meskipun spekulasi di pasar saham tidak salah dan tidak dilarang, tetapi melakukannya dengan serius dan jumlah uang yang besar juga bukan pilihan bijak.
Waktu yang dihabiskan oleh para spekulator untuk “memantau” pasar akan lebih berguna jika digunakan untuk belajar cara bedah laporan keuangan dan analisis bisnis.
Menurut beberapa orang di industri pasar modal dan pengamatan anekdotal saya, para spekulator ini biasanya tidak bertahan lama di pasar saham. Mereka akan berhenti setelah gagal dalam 1-2 tahun.
Fenomena inilah yang menurut saya tercermin dari banyaknya investor saham tercatat yang tidak pernah melakukan transaksi sama sekali di tahun 2021.
Mereka bisa saja tipe buy-and-hold investor yang sudah pensiun atau tidak punya penghasilan aktif dari pekerjaan, tetapi saya percaya sebagian besarnya adalah investor yang akunnya dormant.
Jika saat ini aksi spekulasimu masih menghasilkan keuntungan, segeralah berhenti. Mumpung masih untung. Alihkan keuntunganmu untuk investasi yang akan memberi potensi keuntungan berkelanjutan dengan strategi yang tepat.
Kamu bisa belajar cara investasi jangka panjang di Quality Investing Course.
9. Jual Mobil untuk Menambah Modal Investasi Saham
It is not a crazy resolution. Saya pernah mendengar ada seorang content creator yang cukup ternama melakukannya di tahun 2020 dan menghasilkan keuntungan lebih besar dari nilai mobil yang dijual di tahun 2021.
Jika kamu telah menemukan strategi investasi yang cocok dengan personality-mu, seperti Quality Investing untuk saya pribadi, it’s feel like waste of money if you spend it for “unnecessary” thing like a car.
Meski kamu mampu untuk membeli dan memiliki mobil, belum tentu kamu butuh.
Misalnya, kamu lebih sering kerja dari rumah atau tinggal di wilayah yang jaringan transportasi publiknya sangat ekstensif dan ketersediaan taksi sangat melimpah seperti Jakarta.
Biaya transportasi harianmu bisa turun dan kamu punya lebih banyak arus kas bebas untuk ditabung dan bentuk aset di neraca pribadimu akan berubah dari aset guna (konsumtif) menjadi aset investasi yang produktif.
Untuk alasan yang sama, saya juga mengerti jika ada investor saham yang lebih nyaman menyewa dibanding membeli rumah.
10. Investasi SBN untuk Dana Pendidikan Dasar Anak
Dalam 25 tahun terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa memberikan keuntungan 12% per tahun. Namun, seperti yang terlihat di tabel di bawah ini, return tahunannya sangat bumpy.
IHSG pernah memberi return > 40% per tahun pada tahun 2003-2007 dan 2009-2010, tetapi juga pernah memberi return -50% di tahun 2008. Bahkan dalam lima tahun terakhir, return IHSG hanya 2% per tahun.
Jika kinerja IHSG yang merupakan indeks gabungan 800+ perusahaan di pasar saham Indonesia saja tidak begitu memuaskan dalam beberapa tahun terakhir, apalagi portofolio investor yang mengelola saham individual. Rentang varian hasilnya akan lebih lebar antara yang berhasil dan gagal.
Hingga tahun 2021, mayoritas dari top 50 reksa dana saham di Indonesia yang mewakili 63% total Asset Under Management (AUM) industri gagal mengalahkan kinerja IHSG kecuali pada tahun 2014.
Meskipun kinerja portofolio saya secara keseluruhan masih memuaskan (hanya 1% di bawah target return jangka panjang saya), tetapi saya harus menerima bahwa kinerja portofolio saya pada tahun 2022 (hingga bulan November) lebih buruk dari IHSG.
Saya, kamu, dan investor saham lain harus menerima bahwa analisis dan valuasi kita terhadap perusahaan yang kita miliki belum tentu benar.
Kalau pun benar, pelaku pasar lain belum tentu segera menyadarinya.
Karena itulah, investasi saham sebaiknya hanya kita gunakan untuk akumulasi kekayaan dan kendaraan untuk tujuan keuangan jangka panjang seperti pensiun atau pendidikan tinggi anak.
Jika kamu punya tujuan keuangan dalam time frame di bawah 5 tahun seperti untuk dana pendidikan dasar, sebaiknya kamu alokasikan danamu ke instrumen fixed income yang rendah risiko seperti obligasi negara.
Apalagi di tengah tren suku bunga acuan yang mulai meninggi.
Jika kamu membeli obligasi negara tahun ini, kamu mungkin bisa mendapatkan seri obligasi ritel dengan kupon 7-8% per tahun dengan tenor 2-3 tahun. Imbal hasil yang sebelumnya baru bisa kamu dapatkan di obligasi non-ritel dengan tenor 10 tahun ke atas.
Bahkan pemegang obligasi ritel dengan skema floating with floor (imbal hasil bisa naik mengikuti suku bunga) sudah mulai merasakannya. Pemegang SBR011 yang semula mendapat kupon 5,5% per tahun, kini mendapat kupon 7,25% per tahun.
Jadi, ide resolusi keuangan mana yang menarik untuk kamu eksekusi tahun ini?
DISCLAIMER:
Artikel di atas dibuat semata untuk tujuan penyediaan referensi dan edukasi, bukan rekomendasi untuk keputusan keuangan dan investasi tertentu. Setiap pihak bertanggung jawab penuh atas keputusan keuangan dan investasi yang dibuatnya sendiri.
Artikel dibuat berdasarkan sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dan dimuat sebagaimana adanya.