ACES: Ritel Non-Primer Anti Mainstream

Jika retail lain terkena dampak yang cukup signifikan bahkan hingga merugi saat pandemi, berbeda dengan ACES yang tidak terdampak signifikan. Apa rahasianya?

Di masa pandemi saat ini, cukup banyak sektor industri yang terdampak kebijakan pembatasan mobilitas dari pemerintah. Mulai dari pedagang kaki lima, mall-mall besar, hingga pekerja kantoran yang terkena efisiensi dari perusahaan.

Salah satu sektor yang cukup terdampak besar adalah sektor ritel, terutama yang beroperasi di kategori non-primer. Beberapa ritel non-primer bahkan mengalami penurunan penjualan yang cukup tajam hingga mengalami kerugian.

Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi ACES. Emiten ini menjadi salah satu ritel yang terkena dampak cukup minim jika dibandingkan dengan ritel non-primer yang lain. Mengapa bisa demikian?

Mari kita lihat cerita dibalik kinerja ACES di kala pandemi.

Kinerja Tangguh ACES di Kala Pandemi

PT Ace Hardware Indonesia (ACES) merupakan perusahaan ritel perlengkapan rumah tangga dan gaya hidup yang berdiri sejak tahun 1995 oleh PT Kawan Lama Sejahtera (KLS), bagian dari Group Kawan Lama (GKL) yang bekerja sama dengan Ace Hardware Corporation (AHC) yang berbasis di Amerika Serikat.

KLS sebagai entitas induk memiliki porsi saham ACES yang dominan yakni sebesar 59,97%, sedangkan publik memiliki 39,67% saham.

Dalam 10 tahun terakhir, ACES mampu konsisten menghasilkan ROE double digit meski di kala pandemi sekalipun. Jika kita hilangkan tahun adanya pandemi, ROE perusahaan mampu mencapai lebih dari 20%.

Sayangnya, akibat adanya pandemi COVID-19, profitabilitas ACES mengalami penurunan pada tahun 2020 dan terus berlanjut hingga kuartal I 2021. Namun, jika dibandingkan ritel non-primer yang lain, kinerja ACES masih bisa dikatakan cukup tangguh.

ROE ACES

Sebelum kita mengetahui cerita dibalik cantiknya kinerja ACES, mari kita bandingkan terlebih dahulu kinerja ACES dengan ritel non-primer lain di kala pandemi.

Laba bersih ACES

Jika dilihat dari laba bersihnya, ACES masih mampu menghasilkan laba bersih yang cukup besar yakni Rp 733 miliar di tahun 2020. Sebaliknya, ketiga ritel lain justru mengalami kerugian, bahkan MAPI dan LPPF merugi hingga lebih dari 500 Miliar Rupiah.

Yuk Lanjut Baca

INVESTABOOK Insight

 

Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya

Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!

 

Prasetyo Utomo

Investor Saham & Anggota Quality Investor Club (QIC)

Bagikan dan Diskusikan

Telegram
WhatsApp
Twitter
Facebook
5 2 votes
Rating Analisis
Subscribe
Notify of

Insight Menarik Lainnya

11
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x

Rekap Laporan Keuangan Sudah Terkirim!

Silahkan cek email kamu!