Bisnis media yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, yang didominasi oleh media TV Free to Air (FTA), kompak menunjukkan rapor merah di semester 1 2023. Bukan cuma para subscaled player seperti VIVA (ANTV dan TV One) dan NETV (Net TV), tetapi juga sang duopoli MNCN (RCTI, MNCN, GTV, iNews) dan SCMA (SCTV, Indosiar, Mentari TV).
Kinerja buruk pada semester 1 2023 ini disebabkan oleh dua faktor utama:
- Penurunan belanja iklan dari para pengiklan besar seperti perusahaan FMCG (Fast Moving Consumer Good) dan teknologi (terutama e-commerce). Manajemen SCMA memperkirakan 20 pengiklan terbesar di TV FTA mengurangi belanja iklan bersihnya sebesar 9,8% dibanding semester 1 2022. Appetite perusahaan FMCG untuk beriklan turun karena pelemahan daya beli yang terjadi di segmen mass market akibat inflasi, sedangkan perusahaan teknologi sedang dalam mode efisiensi untuk mencapai profitability.
- Penerapan analog switch off (ASO) atau penghentian siaran TV analog dan migrasi ke TV digital yang menurunkan jumlah penonton TV FTA di masa transisinya. Penurunan jumlah penonton membuat daya tarik untuk beriklan di TV jadi berkurang dan membuat pengiklan menahan atau bahkan memindahkan budget iklannya ke channel lain. Efeknya, belanja iklan di TV FTA pun turun jauh lebih dalam.
Pertanyaannya, kapan masalah ini akan selesai?
Apakah tren inflasi yang sudah melambat sejak Maret 2023 dan ekspektasi peningkatan daya beli karena distribusi bantuan sosial pemerintah dan kegiatan pemilu akan mulai tercermin pada belanja iklan perusahaan FMCG di semester 2 2023?
Apakah deklarasi ASO nasional pada 12 Agustus 2023 lalu akan serta merta membuat belanja iklan di TV FTA kembali ke level normal/pra-ASO?
Atau pertanyaan yang lebih mendasar, apakah penurunan belanja iklan di TV ini benar hanya bersifat siklikal (sementara) atau jangan-jangan justru struktural (permanen)?
Saya akan coba menjawab semua pertanyaan di atas dengan mengajak kita semua untuk memahami ASO sebagai bagian dari perjalanan panjang evolusi media TV dan bisnis yang dibangun di atasnya.
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!