Di artikel INVESTASIGHT sebelumnya, kita sudah mempelajari bisnis gas alam PGAS yang sangat terintegrasi.
Di bagian upstream, PGAS mengoperasikan 10 blok migas yang 6 di antaranya sudah masuk tahap produksi. Di bagian midstream, PGAS memiliki infrastruktur yang lengkap seperti stasiun pengolahan gas, pabrik LNG dan FSRU yang dihubungkan dengan jaringan pipa transmisi dan distribusi.
Per 9M 2022, PGAS memiliki jaringanpipa gas sepanjang ±11,500 km yang tersebar di Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan sekitarnya. Di bagian downstream, PGAS mengalirkan gas alam ke ±660 ribu pelanggan rumah tangga serta ±4,300 pelanggan industri dan komersial.
Posisi bisnis PGAS juga diperkuat dengan statusnya sebagai BUMN. PGAS bisa dibilang memonopoli bisnis niaga gas alam di Indonesia dengan memegang 92% market share.
Sekilas kastil PGAS terlihat kokoh dengan parit yang lebar. Tetapi anehnya, kinerja PGAS terus mengalami penurunan sejak tahun 2012 yang bisa teman-teman lihat dari ROE-nya.
ROE PGAS turun dari 45% di tahun 2012 menjadi “hanya” 13% di tahun 2021. ROE-nya bahkan sempat negatif (-11%) di tahun 2020 saat terdampak pandemi COVID-19.
Update terakhir per 9M 2022, ROE PGAS masih belum menunjukkan adanya peningkatan, yaitu masih tetap di angka 13%.
Penurunan kinerja bisnis dan ROE PGAS pun diikuti dengan penurunan harga sahamnya. Saat INVESTASIGHT ini ditulis, harga saham PGAS sudah turun -70% dari harga penutupan tertingginya.
Penurunan harga saham yang sangat drastis tersebut membuat para big fund yang dulu mengidolakan PGAS garuk-garuk kepala.
Kira-kira apa yang menyebabkan penurunan drastis kinerja PGAS?
Bedah ROE-nya!
Seperti biasa, kita bedah ROE PGAS dengan analisis DuPont untuk mencari penyebab penurunan ROE-nya.
Ternyata penurunan ROE PGAS disebabkan oleh penurunan net profit margin (NPM) dan asset turnover-nya.
Tetapi yang menjadi concern utama kami adalah penurunan margin laba PGAS. Penurunan NPM PGAS sangat berkorelasi dengan ROE-nya.
Bagaimana bisa PGAS yang berhasil menghasilkan NPM 35% yang tergolong sangat tinggi untuk perusahaan energi berubah menjadi kerugian dengan NPM -9%?
Jika divisualisasikan trend dari pendapatan, laba kotor, laba usaha dan laba bersih PGAS maka teman-teman dapat melihat ada 2 clue penting:
- Pendapatan yang low growth dan cenderung stagnan. CAGR pendapatan PGAS hanya 1.8% dalam 9 tahun terakhir (2012-2021).
- Laba kotor yang menurun karena peningkatan beban pokok pendapatan lebih tinggi dibanding peningkatan pendapatan.
Gap antara laba kotor dengan laba usaha serta laba usaha dengan laba bersih belum mengindikasikan adanya major issue.
Menurut teman-teman, apa yang menyebabkan perusahaan terintegrasi dengan 92% market share seperti PGAS memiliki CAGR pendapatan hanya 1.8%? Segmen apa yang paling berperan? Seberapa besar dampak kebijakan harga gas yang ditetapkan pemerintah terhadap profitabilitas PGAS? Bagaimana dengan peningkatan beban pokok pendapatan?
Ayo kita selidiki satu-satu!
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!