Sepanjang mengelola portofolio saham compounder sejak awal tahun 2019, saya sudah menjual 5 saham. 4 saham saya ceritakan alasan jualnya di artikel “Seni (Tidak) Menjual Saham” dan 1 saham lagi saya ceritakan alasan jualnya di artikel “Capital Intensity: Indikator yang Diremehkan dalam Valuasi”.
Mendokumentasikan alasan kita saat menjual sebuah saham sama pentingnya dengan mendokumentasikan alasan ketika membeli sebuah saham.
Dalam berinvestasi, kita selalu dihadapkan dengan banyak peluang dan kita memilih salah satu peluang dibanding peluang lainnya, kita akan selalu membayar opportunity cost.
Ketika kita membeli saham A, maka kita akan melewatkan potensi keuntungan dari saham B.
Ketika kita menjual saham A setahun kemudian, maka kita akan kehilangan potensi keuntungan dari saham A puluhan tahun kemudian.
Conviction (keyakinan) bukan cuma diperlukan untuk buy & hold, tetapi juga untuk sell.
Is it the right decision?
Di artikel kali ini, saya akan bercerita alasan saya menjual saham BABA yang baru saya beli hampir satu tahun lalu pada Agustus 2021.
Namun, berbeda dengan penjualan 5 saham sebelumnya, penjualan BABA saya lakukan di harga yang lebih rendah dari harga beli alias jual rugi.
Apa yang membuat tesis investasi saya di saham BABA patah? Mengapa saya tidak mau menunggu lebih lama agar tidak harus jual rugi?
Mari kita bahas!
Yuk Lanjut Baca Jurnal Investasi Founder INVESTABOOK
Dengan Berlangganan Paket Committed Investor atau Quality Investor!