Banyak orang yang memuji keramahan satpam dan bagusnya pelayanan BCA untuk nasabah pendanaan. Termasuk orang-orang yang mengaku dirinya investor saham.
Padahal, pelayanan ke nasabah pendanaan hanya salah satu bagian dari bisnis BCA. Dalam model bisnis bank, nasabah pendanaan juga lebih sering berperan sebagai pemasok “bahan baku” yang kemudian diolah oleh bank menjadi produk pinjaman kepada nasabah kredit.
Meskipun bank juga memonetisasi layanan kepada nasabah pendanaan dalam bentuk biaya administrasi tabungan dan transaksi, jumlahnya tetap jauh lebih kecil dari pendapatan bunga yang diperoleh bank dari nasabah kredit.
Pengalaman sebagai nasabah pendanaan memang memberi kita petunjuk yang cukup jelas mengenai keunggulan BBCA sebagai bank transaksi yang bisa diandalkan, tetapi BBCA juga butuh keunggulan dari sisi penyaluran pinjaman untuk menjadikannya bank terbaik di Indonesia.
Keunggulan yang membuat BBCA bisa meraih Return on Asset (ROA) paling tinggi dan konsisten di antara 4 bank raksasa di Indonesia.
Sebagai bisnis yang secara natural didanai oleh leverage yang besar, tren ROA memberi kita petunjuk bahwa profitabilitas yang dihasilkan BBCA selama ini tidak berasal dari leverage yang terlalu besar atau modal yang terlalu sedikit. Ruang yang biasanya dimanfaatkan oleh bankir greedy yang hanya mengejar cuan.
Mirip seperti Amazon, menurut kami, BBCA memiliki keunggulan kompetitif atau economic moat yang saling mendukung di setiap lini bisnisnya dan membentuk sebuah flywheel.
Jadi, apa itu BCA Flywheel?
Seberapa sulit BCA Flywheel tersebut ditiru oleh bank raksasa lain di Indonesia yang sama-sama punya keunggulan skala seperti BMRI, BBRI, dan BBNI?
Mari kita bahas!
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!