Meski masih merugi, kinerja bisnis GOTO hingga 9M 2022 sebenarnya menunjukkan sejumlah perbaikan.
- GTV tumbuh 39% secara year on year yang menunjukkan loyalitas pengguna untuk tetap bertransaksi di ekosistem GOTO meski dengan promosi yang lebih sedikit/selektif.
- Pendapatan bruto tumbuh 42% secara year on year yang menunjukkan peningkatan monetisasi dengan blended take rate 3,7% vs 3,6% pada 9M 2021.
- Margin kontribusi yang menunjukkan profitabilitas di tiap transaksi (unit economics) pun menunjukkan perbaikan dari -41% di 9M 2021 menjadi 35% terhadap pendapatan bruto. Margin kontribusi segmen On Demand Service bahkan sudah positif di bulan September 2022, lebih cepat dari target di Q1 2023.
Sebagai catatan, seluruh angka pertumbuhan di atas menggunakan angka pro forma yang mengandaikan Tokopedia telah dikonsolidasi sejak awal tahun 2021. Sesuatu yang tidak akan kita lihat di laporan keuangan GOTO yang baru mengakui konsolidasi Tokopedia pada 17 Mei 2021.
Lalu mengapa harga saham GOTO justru anjlok lebih dari 70% sejak IPO di bulan April 2021?
Harga saham GOTO turun karena ada lebih banyak pemegang saham yang ingin menjual saham GOTO ke pasar (supply) dibanding pemegang saham atau calon pemegang saham yang ingin membelinya (demand).
Namun, apa yang mendorong supply & demand di pasar saham?
Jawabannya adalah ekspektasi keuntungan/kerugian pelaku pasar.
Semua pelaku pasar pasti ingin mendapat keuntungan saat membeli dan menjual saham. Kita ingin membeli saham di harga yang lebih rendah dan menjualnya di harga yang lebih tinggi.
Namun, pelaku pasar juga bisa menerima kerugian jika kita berekspektasi kerugiannya akan jadi lebih parah dan ada potensi keuntungan yang lebih baik di saham lain.
Perbedaan time horizon juga berdampak pada ekspektasi keuntungan/kerugian pelaku pasar. Seorang long term investor yang membeli saham ABCD di harga Rp 2.050 dari seorang day trader yang membeli saham tersebut di harga Rp 2.000 bisa tetap mendapat keuntungan jika menjualnya di harga Rp 10.000 setelah hold 10 tahun.
Supply & demand berubah ketika banyak pelaku pasar yang merevisi ekspektasinya.
Jadi, singkatnya, harga saham GOTO turun lebih dari 70% karena mayoritas pelaku pasar (dalam artian volume dana, bukan jumlah investor) memandang ekspektasinya di masa lalu terlalu optimis dibanding potensi keuntungan yang bisa diberikan oleh GOTO dan dibanding saham-saham lain.
Pertanyaan pentingnya, apakah kalian sepakat dengan pandangan mayoritas pelaku pasar?
“The stock investor is neither right or wrong because others agreed or disagreed with him; he is right because his facts and analysis are right.”
(Benjamin Graham)
Most of the time, pelaku pasar benar. Namun, mereka juga bisa salah. Karena itulah Intelligent Investor masih percaya pada pentingnya analisis fundamental sebagai dasar untuk mengukur intrinsic value sebagai rentang harga wajar untuk menjadi acuan saat membeli atau menjual saham.
Hasil akhir dari artikel ini adalah sebuah angka. Namun, bagian terpentingnya justru adalah story dan asumsi tentang kinerja GOTO di masa depan yang bersifat kualitatif.
Kalian tidak akan bisa mengukur nilai intrinsik bisnis apa pun jika kalian tidak memahami bisnisnya secara mendalam dan komprehensif.
Oke, sekarang mari kita bahas!
N.B. Valuasi GOTO di artikel ini akan menjadi update dari valuasi GOTO saat IPO yang dimuat di artikel “Yang Tidak Terlihat di Prospektus GOTO”.
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!