Kita tidak bisa berinvestasi jika kita tidak bisa menabung. Kita tidak bisa menabung jika penghasilan kita tidak lebih besar dari kebutuhan pengeluaran hidup kita dan keluarga.
Karena itulah, langkah pertama menuju kebebasan finansial adalah mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang layak.
Di Indonesia, kita punya aturan upah minimum per bulan yang disusun berdasarkan survei kebutuhan hidup layak (KHL) dan ditetapkan di tingkat Provinsi dan Kota/Kabupaten.
Jadi, pemberi kerja di masing-masing wilayah, harus menjamin agar upah yang diberikan kepada pekerja dapat memenuhi kebutuhan pengeluaran hidup mereka dengan layak.
Namun, yang seringkali tidak disadari adalah bahwa ketentuan upah minimum disusun berdasarkan KHL pekerja lajang.
Artinya, jika ada pekerja di Jakarta yang punya 3 orang tanggungan (istri dan 2 anak), maka KHL-nya bukan Rp 4,45 juta, tetapi 17,8 juta.
Belum lagi jika orang yang kebutuhan hidupnya harus ditanggung bukan hanya keluarga inti, tetapi juga orang tua dan mertua, maka standar gaji yang harus dikejar untuk memenuhi KHL tentu jadi jauh lebih tinggi lagi.
Sebagian orang memang bisa mencapainya. Di beberapa industri dan posisi, gaji puluhan atau bahkan ratusan juta per bulan bukanlah mimpi.
Namun, pengalaman segelintir orang tidak bisa menjadi gambaran berapa banyak peluang pekerjaan bergaji tinggi tersebut tersedia di pasar tenaga kerja.
We must understand the odds.
Bidang pekerjaan apa yang memberi kita peluang lebih besar untuk mendapat gaji tinggi? Seberapa banyak lapangan pekerjaan bergaji tinggi tersebut tersedia?
Adakah faktor lain yang juga menentukan tingginya gaji yang bisa kita dapatkan?
Mari kita bahas!
Mau baca Insight tentang Keuangan pribadi dan >200 Insight keuangan lainnya? Yuk gabung komunitas dan diskusi bersama di Quality Investor Club!
Jadilah Pegawai Perusahaan Tambang di Jakarta!
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang diselenggarakan oleh BPS per Februari 2022, peluang terbaik untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi adalah dengan jadi pegawai perusahaan tambang di Jakarta.

Pegawai perusahaan pertambangan di Jakarta mendapatkan rata-rata gaji sebesar Rp 13 juta per bulan. 2x lipat lebih tinggi dari rata-rata gaji pegawai di Jakarta sebesar Rp 5,6 juta dan 4x lipat lebih tinggi dari rata-rata gaji pegawai di Indonesia sebesar Rp 2,9 juta.
Sektor informasi dan komunikasi (infokom) yang dalam satu dekade terakhir berkembang pesat berkat kehadiran startup teknologi ternyata berada di peringkat kedua dengan rata-rata gaji sebesar Rp 9,2 juta, disusul oleh sektor konstruksi dan jasa keuangan dengan rata-rata gaji masing-masing sebesar Rp 9 juta dan 8 juta.
Serupa seperti di sektor pertambangan, pegawai yang bekerja di sektor infokom, konstruksi, dan jasa keuangan juga mendapat gaji 2x lebih besar jika bekerja di Jakarta dibanding rata-rata daerah lain di Indonesia.
Skill dan pengalaman kerja tentu tetap berperan penting. Fresh graduate tidak bisa berharap mendapat gaji yang lebih tinggi dari pegawai senior dengan pengalaman kerja 10 tahun.
Namun, fresh graduate yang melamar ke perusahaan di sektor infokom di Jakarta berpotensi mendapat gaji yang lebih tinggi dibanding fresh graduate yang melamar ke perusahaan manufaktur di Sidoarjo.
Susahnya Mendapat Pekerjaan dengan Gaji Tinggi di Indonesia
Sayangnya, peluang mendapat pekerjaan di sektor dengan standar gaji tinggi seperti pertambangan, infokom, dan jasa keuangan sangat terbatas.
Dari 135 juta penduduk Indonesia yang bekerja, hanya 1-1,5 juta orang yang bekerja di sektor pertambangan, infokom, dan jasa keuangan. Sumbangan ketiganya dalam komposisi pekerjaan di Indonesia hanya 3%. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian (30%), perdagangan (19%), dan manufaktur (14%).

Dalam 11 tahun terakhir, sektor pertambangan, infokom, dan jasa keuangan juga tidak banyak menyediakan lapangan pekerjaan baru di Indonesia. Ketiganya total hanya menyumbangkan 863 ribu lapangan pekerjaan dari tambahan 23,6 juta lapangan pekerjaan baru di Indonesia sejak Februari 2011 hingga Februari 2022.

Sekilas, dua data di atas mungkin terlihat kontradiktif. Mengapa pekerjaan dengan standar gaji yang tinggi justru jadi pekerjaan yang paling sedikit tersedia?
Namun, saya justru melihat keduanya saling berkaitan. Justru karena tidak membutuhkan terlalu banyak pegawai, standar gaji yang bisa ditawarkan untuk setiap pegawai bisa lebih tinggi.
Karena gaji pegawai adalah cost bagi perusahaan. Karena itu, perusahaan hanya bisa menawarkan gaji yang tinggi pada pegawai ketika produktivitas atau kontribusi mereka terhadap pendapatan perusahaan juga tinggi.
Mari lihat grafik di bawah ini sebagai ilustrasi.

Pegawai di Telkom (TLKM), salah satu perusahaan terbesar di sektor infokom, bisa mendapat rata-rata gaji Rp 54 juta per bulan. Namun, hal ini mungkin mereka dapatkan karena setiap dari mereka rata-rata berkontribusi sebesar Rp 502 juta per bulan pada pendapatan perusahaan.
Hal serupa juga yang menjadi alasan mengapa pegawai Bank BRI (BBRI), salah satu perusahaan terbesar di sektor jasa keuangan, bisa mendapat gaji rata-rata Rp 38 juta per bulan.
Namun, efek samping dari produktivitas pegawai yang tinggi, TLKM dan BBRI jadi tidak perlu pegawai sebanyak perusahaan manufaktur seperti Astra (ASII) dan perusahaan perdagangan Alfamart Group (AMRT) yang masing-masing hanya bisa memberi rata-rata gaji Rp 9 juta dan Rp 5 juta per bulan.
Akan selalu ada trade off antara standar gaji yang tinggi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.
Jadi, jika saudara, teman, atau dirimu sendiri berhasil mendapat gaji atau penghasilan yang tinggi, terutama di usia muda, sadarilah betapa privilege-nya kalian.
Jika belum, jangan berkecil hati. Peluangnya memang tidak banyak kok. Ingat, rata-rata gaji pegawai di Indonesia sekarang masih berada di angka Rp 2,9 juta.
Apalagi mengingat 97% lapangan pekerjaan di Indonesia disediakan oleh Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) yang punya kemampuan keuangan terbatas untuk menyediakan lapangan pekerjaan dengan standar gaji yang tinggi.
Bidang dan tempat kerja tertentu memang berpotensi lebih besar untuk memberimu gaji tinggi, tetapi jika produktivitas dan kontribusimu pada pendapatan perusahaan memang signifikan, tinggal soal waktu saja gajimu juga akan menyesuaikan.
Fokus pada faktor yang berada di bawah kendalimu!
DISCLAIMER:
Artikel di atas dibuat semata untuk tujuan penyediaan referensi dan edukasi, bukan rekomendasi untuk keputusan keuangan dan investasi tertentu. Setiap pihak bertanggung jawab penuh atas keputusan keuangan dan investasi yang dibuatnya sendiri.
Artikel dibuat berdasarkan sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dan dimuat sebagaimana adanya.