Sektor perbankan sering kali disebut sebagai salah satu sektor paling defensif karena perannya yang sangat penting sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia dan menjadi penengah antara deposan dan debitur.
Menurut kami pernyataan tersebut ada benarnya, tetapi yang perlu kami tekankan adalah tidak semua perusahaan bank dapat menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan (sustainable profitability). Perbankan adalah bisnis red ocean yang secara alami memiliki sifat capital intensive.

Jika tidak bisa menghasilkan laba yang cukup, maka bank yang kurang profitable besar kemungkinan akan memerlukan suntikan dana dari pemegang sahamnya untuk dapat tetap bertahan. Contohnya adalah Bank Permata (BNLI) yang terus meminta modal ke Astra (ASII) sebelum akhirnya dijual Bank Bangkok.
Di bisnis red ocean perbankan, bank dengan skala yang besar seperti the big 4 – BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI – sangat mendominasi pangsa pasar, membuat porsi kue untuk bank lain semakin kecil.
Lalu apakah BJBR (PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.) dan BJTM (PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk.) dengan skala yang jauh lebih kecil dan terpusat di provinsi Jawa Barat dan Banten untuk BJBR serta Jawa Timur untuk BJTM mampu menjadi bank yang profitable?
Jawabannya adalah mampu!
Dalam menjalankan operasional utamanya yaitu menghimpun dana pihak ketiga (DPK) dan menyalurkan kredit, bank pemerintah daerah seperti BJBR dan BJTM memiliki keunggulan niche yang unik.
Mungkin rekan-rekan yang bekerja di Jakarta pasti pernah mengalami harus membuka rekening BCA / Mandiri karena cukup banyak perusahaan di Jakarta yang menggunakan fasilitas kedua bank tersebut untuk membayarkan gaji.
BJBR dan BJTM juga sama, tetapi dengan skala yang lebih luas. Seluruh PNS, mulai dari pegawai aktif sampai pensiunan wajib menggunakan bank daerahnya masing-masing untuk mendapatkan gaji dan tunjangan.
Tanpa bersusah payah, BJBR mendapat limpahan DPK dari 360 ribu PNS provinsi Jawa Barat dan belum termasuk PNS provinsi Banten. Begitu juga dengan BJTM sebagai bank daerah provinsi Jawa Timur yang memiliki jumlah PNS terbanyak.

Ditambah lagi, ratusan ribu PNS dari masing-masing daerah berpotensi menjadi calon debitur. PNS dapat dengan mudah lolos seleksi pengambilan kredit dengan menyertakan Surat Keputusan (SK) kerjanya sebagai jaminan.
Dengan keunggulan niche tersebut, BJBR dan BJTM tidak pernah gagal menghasilkan double digit ROE sejak 2013.

Meskipun BJTM terlihat memiliki kinerja yang baik secara ROE, tetapi sebenarnya BJTM sedang mengalami krisis. Pengelolaan kredit dan risiko yang kurang baik membuat NPL BJTM pernah mencapai 4.8% dengan NPL coverage selalu <100%.
Lalu apakah BJBR juga mengalami krisis yang sama?
Mari kita buktikan!
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!