Pada saat laporan keuangan BTPS Q3 2023 terbit, ketika sejumlah pelaku pasar semakin pesimis pada prospek bisnis BTPS, saya justru menulis bahwa BTPS telah berada di jalur yang tepat.
“Jika pemulihan repayment capacity nasabah bermasalah sulit terjadi dalam waktu dekat karena situasi makro ekonomi masih dan makin menantang, maka respons konservatif terhadapnya adalah melakukan hapus buku.
Hapus buku adalah tindakan korektif atas kesalahan di masa lalu. Dalam kasus BTPS, kesalahan tersebut adalah pemberian restrukturisasi berulang dan berkurangnya kehatian-hatian dalam penyaluran pembiayaan ketika pertemuan rutin sentra sempat ditiadakan akibat PSBB/PPKM.”
(BTPS Q3 2023: Di Jalur yang Tepat)
Hapus buku adalah pil pahit yang harus ditelan agar neraca bank bisa lebih sehat. Bukan gejala atas sebuah penyakit.
Sayangnya, sebagian investor justru salah memahami hal tersebut dan membuat mereka “menyerah” pada BTPS beberapa saat sebelum perbaikan kualitas aset tercermin di laba bersih.
Terbukti, pada Q1 2024, BTPS berhasil meraih laba bersih Rp 264 miliar. Sudah lebih besar dari Q3 dan Q4 2023.
Jika di-breakdown per bulan, terlihat juga pada bulan Maret 2024 terjadi pengurangan yang cukup signifikan di pos Financing Loss Provision atau beban CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai).
Jika dibandingkan dengan pembiayaan berisiko (NPF + SML + restru) yang masih ada di neraca BTPS, saldo CKPN BTPS yang per Q1 2024 mencapai Rp 1,1 T sudah meng-cover 86% di antaranya. Coverage ini sudah menyamai level di Q3 2019.
Namun, melewati titik terendah tidak sama dengan kembali ke situasi normal.
Menariknya, dalam analyst meeting Q1 2024, manajemen BTPS memaparkan sejumlah informasi yang berpotensi membuah kinerja BTPS ke depan semakin mendekati kinerja normal sebelum pandemi.
Apa saja itu? Mari kita bahas!
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!