Shopee adalah anak kemarin sore di “skena” e-commerce Asia Tenggara. Anak usaha Sea Limited (NYSE:SE) ini baru berdiri pada tahun 2015. Senior-seniornya seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Lazada masing-masing telah berdiri sejak tahun 2009, 2010, dan 2012.
Namun, first mover advantage yang sering menjadi “jualan” perusahaan teknologi seperti narasi Bukalapak tentang bisnis mitranya di publikasi IPO, ternyata tidak berlaku e-commerce Asia Tenggara. Shopee yang datang belakangan justru bisa menyaingi, jika mungkin terlalu dini untuk menyebut mengalahkan, para senior-seniornya.
Per Agustus 2021, berdasarkan App Annie, Shopee menjadi aplikasi kategori shopping yang paling banyak diunduh di play store negara-negara utama Asia Tenggara, kecuali Filipina.
Shopee adalah salah satu faktor di balik “menyerah”-nya Bukalapak untuk tetap compete di “kolam” marketplace Indonesia. Menurut App Annie, aplikasi Bukalapak kini terlempar ke posisi 8 pada kategori shopping di play store Indonesia.
Berdasarkan kunjungan web bulanan, yang hanya memotret aktivitas di web app saja, Bukalapak telah kalah sejak Q2 2019 dan tidak pernah melawan balik setelahnya. Berbeda dengan Tokopedia yang masih bersaing cukup ketat dengan Shopee di Indonesia, pasar paling besar dan penting di Asia Tenggara.
Apa cerita di balik kesuksesan Shopee sejauh ini? Sekadar karena mampu dan mau “bakar uang” lebih banyak? Mari kita bahas.
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!