Salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan dalam manajemen portofolio adalah “berapa banyak saham yang harus saya miliki?” “apakah saya harus melakukan diversifikasi atau konsentrasi?”
Jawaban singkatnya adalah diversifikasi secukupnya.
“Cukup itu berapa?”
Tergantung. Tiap investor bisa berbeda-beda. Namun, yang perlu kita pahami adalah mengapa mereka menerapkan kebijakan position sizing yang berbeda-beda?
Warren Buffett sebenarnya hanya punya 1 saham di portofolio pribadinya, yakni Berkshire Hathaway. Namun, Berkshire memiliki portofolio bisnis yang cukup terdiversifikasi di beberapa anak usaha (kepemilikan mayoritas) dan kepemilikan minoritas di lebih dari 50 perusahaan.
Charlie Munger hanya punya 4 saham di portofolio pribadinya: Berkshire Hathaway, Daily Journal Corporation, Costco, Himalaya Capital. Namun, selain Costco, perusahaan yang dimiliki Munger juga mengelola portofolio investasi yang menambah tingkat diversifikasinya.
Chuck Akre dan Terry Smith, salah dua referensi utama saya dalam menerapkan quality investing, masing-masing mengelola 20-25 saham dan 40-45 di perusahaan investasinya.
Peter Lynch yang “paling ekstrem”. Lynch terbiasa mengelola > 1.000 saham di satu waktu di Magellan Fund.
Mengapa Lynch, seorang fund manager yang punya strategi aktif (berusaha beat the market) harus melakukan diversifikasi sebesar itu?
Jika pertimbangannya hanya soal ukuran dana kelolaan, Berkshire Hathaway tentu akan punya lebih saham dibanding Lynch.
Sama seperti evolusi transisi Buffett dari cigarbutt/deep value ke quality investing, ukuran dana kelolaan hanyalah salah salah satu faktor.
Makin besar dana kelolaan, semesta peluang yang bisa kita manfaatkan jadi semakin kecil. Pilihannya, antara punya sedikit saham large cap seperti Berkshire Hathaway, Akre Capital Management, & Fundsmith Equity Fund atau punya sangat banyak saham small-mid cap seperti Magellan Fund.
Selain itu, tingkat konsentrasi juga tidak sepenuhnya bisa diukur melalui jumlah saham. Meski punya lebih dari 50 saham dengan kepemilikan minoritas, tetapi 42%-nya portofolio saham Berkshire hanya diisi 1 saham, Apple. It’s very concentrated.
Namun, privilege untuk membuat very concentrated position ala Berkshire tidak dimiliki oleh perusahaan asset management yang dibatasi oleh regulasi. Chuck Akre pernah cerita bahwa perusahaan investasinya “terpaksa” membeli Visa karena porsi Mastercard yang telah mendekati allocation limit secara regulasi, tetapi mereka masih sangat yakin pada potensi compounding dari bisnis electronic payment.
Saat ini, porsi Mastercard mencapai 16% dari portofolio Akre Capital Management dan Visa 8%. Jadi, jika ditotal mencapai 24%. Cukup concentrated, meskipun tidak sebesar porsi saham Apple di portofolio Berkshire.
Oke, cukup cerita tentang para investor besar dengan dana kelolaan triliunan.
Bagaimana dengan kita? Investor individu dengan dana kelolaan yang tidak terlalu besar dan masih di tahap awal perjalanan investasi kita?
Bagaimana saya sendiri memandang dan menerapkan diversifikasi secukupnya di portofolio compounder yang saya kelola?
Oke, mari kita bahas!
Yuk Lanjut Baca Jurnal Investasi Founder INVESTABOOK
Dengan Berlangganan Paket Committed Investor atau Quality Investor!