Sejarah terbentuknya TOTO dan SPTO dimulai dari CV Surya yang didirikan oleh Mardjoeki Atmadiredja dan beberapa orang lainnya. Pada tahun 1968, CV Surya menjadi distributor tunggal di Indonesia untuk TOTO Ltd., perusahaan manufaktur produk saniter dan fitting terkemuka dari Jepang.
Melihat hasil penjualan yang sukses, tahun 1977, TOTO Ltd. bekerja sama dengan dengan CV Surya membentuk joint venture PT Surya Toto Indonesia (TOTO) untuk memproduksi produk merek TOTO di Indonesia.
Joint venture ini menunjukkan kepercayaan yang besar pada CV Surya serta pengakuan atas potensi market di Indonesia, mengingat kerja sama usaha ini adalah yang pertama kali dijalin oleh TOTO Ltd. di luar jepang sejak Perang Dunia Ke-2 berakhir.
Bersamaaan dengan terbentuknya PT Surya Toto Indonesia (TOTO), CV Surya juga bertransformasi menjadi perseroan terbatas dengan nama PT Surya Pertiwi (SPTO) dengan status yang tetap sebagai distributor tunggal untuk merek TOTO, baik yang diproduksi TOTO maupun TOTO Ltd. di Jepang.
Hingga saat ini, TOTO dan SPTO masih merupakan perusahaan keluarga.
Pemegang saham TOTO dan SPTO, PT Multifortuna Asindo berisi pihak-pihak dari keluarga dari Mardjoeki Atmadiredja. Sedangkan PT Surya Suryaparamitra Abadi berisi pihak-pihak dari pendiri lain beserta keluarganya.
Sekilas TOTO dan SPTO
As always, ROE dapat memberikan kita gambaran awal dan clue mengenai kualitas suatu perusahaan.
Dari sisi imbal hasil, TOTO mampu menghasilkan ROE double digit saat pre-pandemi. Meskipun terjadi penurunan sejak tahun 2012, yang juga diikuti oleh ROE SPTO.
Jika kita bedah ROE-nya dengan analisis DuPont, penyebab utama penurunan ROE TOTO dan SPTO adalah penurunan asset turnover.
Seperti yang sudah kami jelaskan di INVESTASIGHT industri sanitary ware, TOTO dan SPTO yang bermain di industri ini akan sangat terpengaruh dengan industri properti. Penjualan domestik TOTO mengalami stagnasi setelah boom properti selesai.
ROE SPTO juga pernah mencapai angka 88% (2016) dan 79% (2017) karena leverage yang tinggi, bukan karena margin yang tebal atau aset yang berputar cepat. Leverage SPTO yang mencapai 5.9x dan DER 1.8x di tahun 2017 menjadi alasan utama SPTO melakukan IPO di tahun 2018 untuk menyehatkan kembali keuangan perusahaan.
Setelah mendapat dana segar dari IPO, DER SPTO kembali berada di level yang aman.
Kalau teman-teman perhatikan, ROE SPTO terlihat “lebih terjaga” dibanding TOTO. Saat pandemi COVID-19 di tahun 2020, SPTO tetap mampu mempertahankan double digit ROE di level 10%, sedangkan TOTO mengalami kerugian dengan ROE -2%.
Penyebabnya pun terlihat jelas dari perbandingan net profit margin (NPM) TOTO dan SPTO. Memang cukup masuk akal jika profitabilitas SPTO sebagai perusahaan distributor akan lebih less volatile dibanding TOTO sebagai perusahaan manufaktur yang terpapar risiko harga bahan baku dan efisiensi produksi.
Tetapi melihat struktur grup antara TOTO dan SPTO, apakah mungkin ada hubungan afiliasi yang berpotensi merugikan investor minoritas? Seperti apa peran masing-masing TOTO dan SPTO dalam menjalankan rantai bisnis sanitary-nya?
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!