ICBP Terbitkan Global Bond USD 1.75 Miliar, Sudah Mulai Berdarah?

Buntut akuisisi jumbo atas Pinehill Company berujung pada penerbitan Obligasi Global/Global Bond ICBP. Apakah penerbitan surat utang kali ini tanda menyerah?

Kebijakan manajemen Indofood CBP (ICBP) yang tertuang dalam “Keterbukaan Informasi” baru-baru ini menimbulkan reaksi beragam di kalangan para pelaku pasar saham. Bagaimana tidak? Dalam satu tahun terakhir sudah ada beberapa aksi korporasi besar yang bersifat material dieksekusi oleh manajemen ICBP.

Karena struktur kepemilikan ICBP masih berbentuk perusahaan keluarga (owner-operator), ICBP menjadi sasaran empuk kritik para wartawan, analis dan pelaku pasar modal lainnya. Sehingga setiap ada aksi korporasi besar, selalu muncul berita simpang siur berkesan negatif yang tidak kalah hebohnya dibanding story utama.

Aksi korporasi terbaru yang dimaksud adalah Penerbitan Obligasi Global (Global Bond) dalam mata uang USD (US Dollar) dengan total nilai USD 1.75 miliar. Sebagai informasi, pada laporan keuangan 2020, ICBP mencatatkan “ekuitas pemilik entitas induk” (exclude non-controlling interest) sejumlah 29.4 triliun rupiah. Jumlah tersebut ekuivalen dengan 2.03 miliar AS dolar (kurs 14.475). Dengan kata lain, obligasi yang diterbitkan setara dengan 86% ekuitas pemilik entitas induk.

Darimana datangnya kebutuhan dana yang sangat besar tersebut?

Tentu saja akibat ICBP mengakuisisi seluruh saham perusahaan Pinehill Company Limited (PCL) pada Q3 2020 lalu dengan nilai akuisisi jumbo sebesar USD 2.9 miliar. Nilai akuisisi tersebut dikatakan jumbo karena pada saat wacana akuisisi diumumkan, total aset ICBP hanya sekitar 38.7 triliun rupiah (USD 2.7 miliar). Dengan kata lain, nilai kesepakatan akuisisi lebih besar daripada seluruh aset ICBP.

Untuk mengatasi ketimpangan nilai akuisisi dengan neraca perusahaan, maka ICBP memutuskan untuk melakukan financing berupa utang berbunga agar kas perusahaan masih bisa dipakai untuk kegiatan operasional bisnis. Sejak saat itu, neraca ICBP selalu “keberatan” dengan adanya saldo utang berbunga yang sangat besar.

Apa dampak utang tersebut terhadap keberlangsungan ICBP dalam jangka panjang?

Benarkah neraca keuangan ICBP sudah mulai “berdarah” sehingga perusahaan harus menerbitkan utang tambahan untuk sekadar “gali lubang tutup lubang”?

Atau jangan-jangan kebijakan obligasi kali ini hanya akal-akalan Grup Salim? Seperti story yang dipercayai oleh beberapa pihak yang sudah kadung alergi dengan manuver Grup Salim.

Simak pandangan kami pada artikel kali ini!

Yuk Lanjut Baca

INVESTABOOK Insight

 

Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya

Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!

 

Fachry Nuzuli

Investor Saham & Anggota Quality Investor Club (QIC)

Bagikan dan Diskusikan

Telegram
WhatsApp
Twitter
Facebook
5 2 votes
Rating Analisis
Subscribe
Notify of

Insight Menarik Lainnya

17
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x

Rekap Laporan Keuangan Sudah Terkirim!

Silahkan cek email kamu!