Kenaikan harga batu bara dalam setahun terakhir bukan tanpa sebab.
Menurunnya aktivitas ekonomi dan produksi dunia akibat COVID 19 memang menyebabkan menurunnya permintaan global akan batu bara. Bersamaan dengan itu beberapa negara mulai melakukan meninggalkan bisnis batu bara menuju EBT (Energi Baru Terbarukan).
Pandemi COVID-19 selama tahun 2020 membuat permintaan akan batu bara menurun karena permintaan listrik akibat kantor-kantor dan aktivitas tertentu menurun, hal ini turut menyebabkan banyaknya perusahaan tambang batu bara yang menurunkan produksinya pada tahun 2020.
Namun tidak ada yang menyangka bahwa pemulihan ekonomi akan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya, secara cepat banyak negara yang kemudian lepas dari kondisi lockdown dan mempercepat kegiatan produksinya.
Akibatnya, permintaan energi melonjak sekaligus namun pasokan tidak dapat memenuhi permintaan tersebut, di saat bersamaan terjadi konflik geopolitik antara China-Australia dan Rusia-Eropa, akibatnya harga batu bara berangsur-angsur naik bahkan mencapai harga di atas $400.
Kenaikan harga batu bara memang menjadi “durian runtuh” bagi perusahaan pertambangan batu bara. Kinerja cemerlang yang dihasilkan ini, membuat perusahaan pertambangan batu bara tak luput dari pandangan pada investor.
Hingga akhirnya muncul pertanyaan bagi kebanyakan orang, apakah masih bisa “masuk” saham batu bara sekarang? Kapan “pesta” batu bara akan berakhir?
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!