Dalam 10 tahun terakhir, Bank BCA (BBCA) hampir selalu dihargai dengan valuasi yang lebih premium dibanding anggota the big four lainnya, Bank BRI (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank BNI (BBNI).
Apakah pasar secara konsisten terus irasional?
Atau memang kualitas bisnis BBCA berada di atas anggota the big four lainnya?
Kinerja tahun 2020, ketika pandemi COVID-19 dan resesi terjadi, bisa menjadi petunjuk.
Jelas, bisnis medioker sekali pun kinerjanya akan cantik jika makro ekonominya sedang ekspansif.
Kinerja 2020 BBCA yang Tangguh
Pada tahun 2020, BBCA tetap mampu menjaga Return on Equity (ROE), rasio keuangan utama yang mengukur kualitas sebuah bisnis, mereka pada level double digit.
BBRI yang sebelumnya menjadi anggota the big four yang paling profitable, pada tahun 2020 harus rela turun peringkat menjadi no. 2.
ROE BBCA bisa tetap tinggi di tengah pandemi COVID-19 dan resesi karena laba bersih mereka hanya turun 5%. Jauh lebih kecil dibanding anggota the big four lainnya.
Pandemi COVID-19 tahun 2020 memang tidak menyebabkan krisis likuiditas seperti pada tahun 1997/98.
Namun, pembatasan mobilitas sosial membuat (1) tingkat konsumsi masyarakat turun, (2) perusahaan melakukan efisiensi pengeluaran, (3) pengangguran meningkat, dan (4) aktivitas ekonomi secara keseluruhan pun mengalami penurunan. Inilah cerita di balik resesi tahun 2020.
Resesi membuat permintaan terhadap kredit perbankan turun. Kecuali pemerintah, hampir semua pihak lebih fokus menjaga cadangan cash dibanding meningkatkan pengeluaran dengan berutang.
Padahal, di saat bersamaan, perbankan juga menghadapi risiko peningkatan kredit bermasalah dari para debiturnya yang terdampak pandemi COVID-19.
Peningkatan non performing loan (NPL) membutuhkan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang lebih besar yang akan menggerus lebih banyak laba perbankan.
Kebijakan pelonggaran restrukturisasi dari OJK memang terbukti bisa memberi menahan laju peningkatan NPL.
Namun, restrukturisasi seperti penundaan pembayaran cicilan yang masif membuat pendapatan bunga bersih bank juga tertekan.
Jika, dirangkum, 3 poin di bawah ini adalah tantangan utama dari bisnis perbankan pada tahun 2020:
- Pertumbuhan kredit yang berkualitas terhambat melemahnya credit demand.
- Pendapatan bunga bersih (net interest income) tertekan restrukturisasi yang salah satu bentuknya berupa penundaan pembayaran cicilan.
- Kebutuhan CKPN yang meningkat signifikan sehingga menggerus laba.
Jadi, sangat normal jika bank dengan keunggulan skala ekonomi yang besar seperti BBRI, BMRI, dan BBNI sekali pun mengalami penurunan laba bersih yang parah.
Lalu mengapa BBCA berbeda?
Untuk menjawabnya, kita harus memahami big picture dari operasi bisnis BBCA dalam jangka panjang. Bukan cuma perbandingan kinerja tahun 2019 dan 2020.
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!