Belakangan ini, PT Hexindo Adiperkasa tbk. (HEXA) cukup banyak menarik perhatian publik karena sifat bisnisnya yang begitu erat dengan pertambangan. Banyak investor yang menilai HEXA memiliki prospek yang bagus karena mengalami tailwind dengan naiknya harga-harga komoditas seperti nikel, emas dan khususnya batu bara.
Seperti angin yang berhembus dari belakang yang membantu laju pesawat, hal ini menjadi kabar baik bagi industri penyedia alat berat. Menurut Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi), sektor pertambangan batu bara merupakan pengguna produk alat berat terbesar dengan kontribusi lebih dari 60% dari total produksi alat berat nasional.
Meredanya kasus pandemi COVID-19 dan kembalinya keleluasaan manusia untuk berkegiatan ekonomi telah meningkat kebutuhan-kebutuhan energi dari seluruh penjuru dunia. Namun, pada waktu yang sama tingkat demand tidak diiringi dengan tingkat supply yang memadai.
Demi memenuhi kebutuhan pelanggannya, berbagai perusahaan tambang batu bara kini mulai menggenjot dan merevisi target produksinya.
Secara tidak langsung, hal ini sudah mempengaruhi kinerja HEXA sebagai penyedia alat-alat berat dengan brand ternama yaitu “Hitachi”. Pada laporan keuangan kuartal Desember tahun 2021, HEXA mengalami peningkatan topline yang sangat signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penghasilan HEXA tumbuh 50% bila dibandingkan dengan tahun lalu pada kuartal yang sama.
Meskipun HEXA belum menerbitkan laporan keuangan tahunan dan laporan tahunannya (karena menggunakan tahun buku yang jatuh pada tanggal 31 Maret), pelaku pasar telah mengantisipasi kenaikan fundamental HEXA yang berdampak pada kenaikan harga sahamnya yang signifikan.
Apakah kenaikan penghasilan yang dialami HEXA merupakan indikasi dari permulaan cemerlangnya masa depan bisnis HEXA? Untuk menjawabnya mari kita bongkar alur bisnis, prospek, beserta risiko bisnis yang dihadapi oleh HEXA.
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!