AirBNB (NASDAQ: ABNB), salah satu perusahaan start up yang sangat terkenal di dunia bagian barat. Start up asal Amerika yang baru berdiri di tahun 2008 ini menjalankan bisnis online travel agency (OTA) seperti Traveloka dan Tiket (IDX: BELI).
AirBNB adalah nama yang asing di telinga sebagian besar orang Indonesia, kita lebih mengenal Traveloka dan Tiket, tetapi jika membicarakan skala, AirBNB lah yang jauh lebih besar. Per tahun 2022, AirBNB sudah beroperasi di ±220 negara dan mencakup >100 ribu kota.
Seperti yang teman-teman tahu, sektor pariwisata adalah sektor yang paling terdampak pandemi COVID-19. Tidak sedikit bisnis restoran, hotel dan tempat wisata yang terpaksa gulung tikar. Banyak juga hotel/villa di Jakarta dan Bali ditawarkan dengan PBV yang rendah.
Bisnis OTA AirBNB juga sangat terdampak. Tahun 2020, rugi bersih AirBNB membengkak 7x lipat. Hebatnya, AirBNB berhasil selamat dari jurang kebangkrutan dan membukukan laba bersih pertama kali sejak start up ini berdiri.
Hal inilah yang membuat kami mulai melirik AirBNB dan mempelajari bisnisnya lebih dalam.
AirBNB is Different
Mungkin teman-teman mengira bisnis OTA yang dijalankan AirBNB sama seperti Traveloka dan Tiket, yaitu kita dapat melakukan reservasi hotel atau membeli tiket pesawat.
Tetapi AirBNB memiliki playbook yang berbeda dengan OTA lainnya. Alih-alih menginap di hotel yang “biasa”, kita dapat menginap di berbagai penginapan unik melalui AirBNB. Rumah pohon, ryoukan, penginapan tepi danau, igloo di kutub dan masih banyak penginapan unik lainnya yang hanya bisa kita temukan di AirBNB.
Meskipun sekilas keunikan supply yang dimiliki menjadi daya tarik utama AirBNB dibanding OTA lain, tapi apakah kita yakin ini dapat menjadi moat yang kuat? Apakah playbook AirBNB berhasil mendisrupsi bisnis OTA di seluruh dunia?
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!