IPO atau initial public offering adalah aksi penawaran saham perdana perusahaan kepada publik sehingga menjadi perusahaan terbuka yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Sebuah perusahaan harus melalui beberapa tahapan untuk melaksanakan IPO, mulai dari tahap persiapan, evaluasi, book building, penerimaan dana dan listing.
Setelah proses listing, barulah lembar saham perusahaan tersebut dapat kita beli ataupun jual seperti biasa di aplikasi online trading sekuritas.
Mengikuti proses IPO sebuah perusahaan menjadi semakin mudah bagi investor ritel sejak diluncurkannya sistem e-IPO di tahun 2020 lalu. Hal ini juga diikuti dengan maraknya investor ritel yang berspekulasi pada saham IPO atau yang sering disebut dengan strategi IPO hunter.
Strategi tersebut dilakukan dengan mengikuti book building IPO dan langsung menjual saat harganya naik signifikan di hari pertama atau beberapa hari setelah diperdagangkan di pasar sekunder.
Meskipun terdengar seperti easy money, tapi tidak sedikit juga kasus spekulasi yang nyangkut sampai detik ini di saham IPO karena harga terus turun jauh di bawah harga IPO seperti BUKA, GOTO dan ARCI.
Jika kita lihat periode IPO 2018 sampai 2Q 2021, sekitar 47% atau hampir setengah perusahaan yang IPO, harga sahamnya lebih rendah dibanding harga IPO. Sebanyak 29 perusahaan pun harga sahamnya terjun bebas sampai di harga <55 perak.
Dengan probabiltias yang tidak jauh berbeda dengan menebak gambar atau angka uang logam, apakah proses IPO hanya menjadi ajang spekulasi pelaku pasar? Apa tujuan sebenarnya perusahaan melakukan IPO? Mungkinkah kita menemukan perusahaan bagus yang layak investasi?
Let’s find out.
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!