PRDA vs DGNS: Persaingan Bisnis Laboratorium Kesehatan

Penjualan dan laba meningkat drastis selama pandemi COVID-19. Bagaimana nasib PRDA dan DGNS usai pandemi? Apakah ada strategi baru?

PRDA dan DGNS tiba-tiba menjadi hot topic, padahal sebelumnya saham ataupun model bisnisnya relatif jarang diperbincangkan.

Krisis dalam bahasa Mandarin disebut sebagai wéi jī (危機). 危 yang berarti bahaya dan 機 yang berarti kesempatan. Begitu juga pandemi COVID-19, meskipun banyak sektor yang bisnisnya terdampak dan mengalami penurunan kinerja, ada beberapa sektor yang sangat diuntungkan.

Salah satunya adalah sektor kesehatan. Perusahaan yang menjalankan bisnis rumah sakit (HEAL & MIKA), farmasi (KLBF & TSPC) dan laboratorium kesehatan (PRDA & DGNS) mengalami peningkatan profitabilitas yang sangat signifikan.

Dibanding tahun 2019 sebelum pandemi, penjualan dan laba bersih 2021 Laboratorium Prodia (PRDA) sudah meningkat 52% dan 196%. Bahkan Laboratorium Diagnos (DGNS) mengalami peningkatan triple digit, penjualan naik 492% dan laba bersih naik 611%.

PRDA sales and net profit
PRDA pendapatan dan laba bersih
DGNS sales and net profit
DGNS pendapatan dan laba bersih

Kenaikan laba bersih kedua emiten laboratorium tersebut juga memberikan efek pada kenaikan ROE-nya. Apakah ROE 31% dan 43% ini akan sustain?

ROE PRDA vs DGNS
Return on equity
*DGNS IPO 2021

Tailwind Won’t Last Forever

Bagi bisnis laboratorium kesehatan dan bisnis di sektor kesehatan lainnya, pandemi COVID-19 ini adalah tailwind yang kencang karena peningkatan demand yang sangat tinggi.

More demand = more volume = more sales!

Di tahun 2020, pendapatan dari tes COVID berkontribusi terhadap 16-17% total pendapatan PRDA.

efek covid terhadap prda
Sumber: Public Expose PRDA

Meskipun DGNS belum men-disclose seberapa besar kontribusi nilai pendapatan dari tes COVID, tetapi 67% volume total tes yang dijalankan lab DGNS berasal dari tes COVID tersebut.

tes covid DGNS

Tailwind serupa juga pernah dirasakan BISI saat pemerintah meluncurkan program swasembada jagung di tahun 2015. Demand benih jagung menaik drastis untuk meningkatkan produksi dan mengurangi impor jagung.

Tetapi dampak tailwind program swasembada tersebut berakhir di sekitar tahun 2018. Demand kembali normal dan pendapatan BISI pun menjadi stagnan atau menurun sedikit.

sales BISI
penjualan BISI

Demand benih jagung yang kembali normal saja membuat pendapatan BISI menurun. Jika demand COVID tes menjadi nihil saat pandemi usai, bisa rekan-rekan bayangkan bagaimana dampaknya terhadap pendapatan PRDA dan DGNS.

berita cnbc pandemi covid-19
Sumber: CNBC

Pendapatan PRDA akan drop 16-17% atau pun DGNS kehilangan 67% volume pendapatan, keduanya adalah kemungkinan yang dapat terjadi.

Sebagai quality investor, fokus kita adalah mencari perusahaan dengan kinerja yang terus compounding selama mungkin, bukan hanya peningkatan profitabilitas 1-2 tahun.

Untuk dapat mempertahankan profitabilitasnya dalam jangka panjang setelah pandemi usai, PRDA dan DGNS harus memiliki economic moat yang dalam dan lebar. Economic moat menjadi kunci utama bagi perusahaan agar bisnis yang dijalankan dapat terus compounding dan kuat menghadapi persaingan dari kompetitor bisnis.

Seperti apakah economic moat bisnis laboratorium kesehatan? Apakah PRDA dan DGNS memilik moat tersebut? Bagaimana strategi keduanya?

Let’s do a medical company check-up!

Yuk Lanjut Baca

INVESTABOOK Insight

 

Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya

Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!

 

Dharma Djiauw

Investor aktif sejak 2019. Interested in internet and tech.

Bagikan dan Diskusikan

Telegram
WhatsApp
Twitter
Facebook
0 0 votes
Rating Analisis
Subscribe
Notify of
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x

Rekap Laporan Keuangan Sudah Terkirim!

Silahkan cek email kamu!