Pandemi COVID-19 telah memakan banyak korban di hampir seluruh negara tak terkecuali Indonesia. Penyebarannya yang begitu cepat menyulitkan setiap negara untuk mengantisipasinya.
Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dari pemerintah seperti pisau bermata dua, pembatasan mobilitas memang mampu menekan angka penularan COVID-19, tetapi di sisi lain berdampak buruk bagi perekenomian.
Benar saja, ekonomi Indonesia tumbuh negatif pada kuartal II dan III tahun 2020. Hasilnya, beberapa bisnis terdampak langsung dengan kebijakan ini terutama bagi bisnis yang konsumen akhirnya berkaitan langsung dengan aktivitas masyarakat di luar rumah seperti bisnis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
PT Akasha Wira International Tbk (ADES) merupakan salah satu pemain di industri AMDK yang ikut terdampak oleh kebijakan PSBB yang diterapkan pemerintah.

Di tahun 2020, pertumbuhan penjualan segmen AMDK milik ADES turun drastis hingga mencapai 28% bahkan perlambatannya masih terus terjadi hingga kuartal II 2021 mengingat pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pasca kembali meledaknya COVID-19 di bulan Juni 2021.
Penurunan kinerja terbesar segmen AMDK selama pandemi adalah dari produk kemasan gelas karena banyak dikonsumsi untuk acara yang dihadiri banyak orang, lalu diikuti dengan produk kemasan botol yang biasa dikonsumsi di tempat-tempat kuliner seperti mal dan rumah makan.
Bisnis AMDK merupakan jantung dari bisnis ADES yang mana penjualannya berkontribusi sampai 66% dari total penjualan di tahun 2019. Maka penurunan ini tentu akan memengaruhi pertumbuhan penjualan.
Namun, jika diperhatikan lebih detail, perlambatan bisnis AMDK sebenarnya sudah mulai terjadi sejak tahun 2017. Sejak saat itu, pertumbuhan penjualan bisnis AMDK ADES tidak pernah mencapai 3%. Bandingkan dengan periode 2014-2016 yang penjualannya mampu tumbuh double digit.
Anehnya, meski pertumbuhan penjualan AMDK melambat tetapi pertumbuhan laba bersih ADES secara keseluruhan justru bertumbuh cepat. Padahal segmen ini punya porsi yang besar sebagai sumber pendapatan perusahaan.

Ketika pendapatan AMDK sedang bertumbuh cepat seperti periode 2013-2017 justru pertumbuhan laba bersih perusahaan malah melambat, begitupun sebaliknya.
Bahkan meski kinerja penjualan ADES menurun pasca meledaknya kasus COVID-19, pertumbuhan laba bersih perusahaan malah meningkat pesat mencapai 62% dan masih terus tumbuh di kuartal II 2021.
Peningkatan pesat dari laba bersih ini disambut baik oleh investor yang membuat harga sahamnya menembus all time high pada kuartal III 2021.

Harga sahamnya terus naik sejak 2017 dan bahkan mampu melewati harga tertingginya di tahun 2013. Jadi, apa rahasia dibalik kinerja cantik ADES dalam 5 tahun terakhir?
Let’s dive in!
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!