Setiap investor yang melakukan investasi ke dalam suatu aset pasti memiliki harapan bahwa nilai investasinya akan bertumbuh di masa depan.
Potensi pertumbuhan dengan imbal hasil yang lebih besar dari sekadar menabung membuat banyak investor kemudian bertanya-tanya, instrumen apa yang memberikan imbal hasil paling besar?
Di INVESTABOOK, kami percaya bahwa kualitas bisnis bagus dengan moat yang lebar dapat menciptakan return berkesinambungan yang memuaskan dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, berinvestasi pada saham perusahaan yang memenuhi kriteria tersebut adalah salah satu cara untuk mendapatkan return yang “memuaskan.”
Namun, kami juga menyadari bahwa banyak investor yang masih kesulitan dalam menganalisis laporan keuangan peta persaingan, GCG manajemen, maupun mengukur lebar & kedalaman moat suatu perusahaan, terutama bagi investor pemula yang baru ingin berinvestasi.
Lebih dari 700 perusahaan yang ada di BEI (Bursa Efek Indonesia), perusahaan mana yang layak untuk diinvestasikan?
Invest in what you know, begitu nasihat yang sering kita dengar bukan?
Beberapa orang mulai dari saham bluechip, beberapa membeli perusahaan yang ia pakai produknya. Namun seiring berjalannya waktu, beberapa di antaranya berjalan tidak sesuai dengan harapan.
Nilai investasi tersebut tidak tumbuh bahkan bisa saja mengalami kerugian. Bisa saja karena sentimen negatif yang sedang berhembus, hingga salah analisis dan membayar suatu saham terlalu “mahal.”
Akhirnya beberapa investor kemudian mengambil pendekatan lain, menyerahkan dana nya untuk dikelola manajer investasi yang lebih “ahli” dalam bentuk reksa dana. Dari berbagai jenis reksa dana yang tersedia, reksa dana saham merupakan salah satu reksa dana yang paling digemari investor.
Nilai AUM (Asset Under Management) reksa dana saham telah mencapai 116 Triliun rupiah hingga Juli 2022.
Salah satu penyebab tingginya nilai AUM ini disebabkan oleh anggapan bahwa reksa dana saham menawarkan potensi return yang lebih besar dibandingkan jenis reksa dana lain karena sebagian besar asetnya akan dialokasikan di saham.
Investor reksa dana saham dapat lebih santai karena tidak perlu menganalisis perusahaan karena telah dikerjakan oleh “ahli,” cukup mencari produk reksa dana yang menorehkan kinerja cemerlang dalam setahun terakhir dan membeli unit penyertaan di dalamnya.
Benarkah sesederhana itu? Apakah sebagai investor reksa dana saham tidak perlu menganalisis apapun? Jika perlu, apa yang bisa kita analisis?
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!