TLKM Tidak Punya “Kemampuan untuk Menderita”

Melon/Langit Musik dan LinkAja belum bisa menyaingi layanan OTT dari pure digital company. Mengapa TLKM gagal menghadirkan layanan OTT yang unggul?

Telkom Indonesia (TLKM) adalah perusahaan luar biasa. Namun, economic moat-nya perlahan tergerus dalam satu dekade terakhir. Bukan oleh pemain lain di industri telekomunikasi Indonesia seperti Indosat (ISAT), XL Axiata (EXCL), atau Smartfren (FREN), tetapi oleh pemain over the top (OTT) di bidang komunikasi seperti WhatsApp.

Per Januari 2021, 88% pengguna internet di Indonesia menggunakan WhatsApp. Dengan menggunakan nomor handphone sebagai “ID”, berbeda dengan Blackberry Messenger yang sempat jaya pada masanya, WhatsApp kini telah hampir sepenuhnya menggantikan layanan telekomunikasi konvensional seperti SMS dan voice.

Sekarang orang-orang tidak lagi meminta nomor handphone, mereka meminta nomor WhatsApp. Dua hal yang seringkali sebenarnya merujuk pada hal yang sama.

Bukankah TLKM akan tetap mendapatkan pendapatan dari paket data yang tetap diperlukan untuk menggunakan WhatsApp?

Ya, tentu. Tapi TLKM akan mendapatkan pendapatan dan margin laba yang lebih kecil dibanding jika kita semua masih menggunakan SMS dan voice yang mereka sediakan.

Terasa kan pengeluaran untuk frekeunsi komunikasi yang sama jadi lebih murah semenjak menggunakan WhatsApp?

Hal ini membuat sebagian orang bisa berhemat dan sebagian yang lain bisa meningkatkan frekeunsi komunikasinya.

Kenapa TLKM tidak buat saja aplikasi chat nasional karya anak bangsa untuk menggantikan WhatsApp?

TLKM bukannya tidak menyadari ancaman dari pemain OTT. Manajemen telah menyadarinya sejak hampir 10 tahun yang lalu.

laporan tahunan TLKM 2012
laporan tahunan TLKM 2012
Laporan Tahunan TLKM 2012

TLKM pun juga mencoba untuk ikut masuk ke bisnis OTT melalui Blanja.com di bidang e-commerce, LinkAja (dulu TCash) di bidang e-wallet, hingga Melon/Langit Musik di bidang music streaming.

Tapi apa yang terjadi?

Blanja.com tutup operasi pada September 2020.

Melon/Langit Musik sama sekali tidak bertaji di hadapan Spotify atau JOOX.

LinkAja yang paling menonjol sekali pun tetap belum bisa mengalahkan pangsa pasar ShopeePay, OVO, Gopay, dan DANA.

Apa yang membuat TLKM gagal membuat layanan OTT yang unggul?

Menurut kami, karena TLKM tidak punya kemampuan untuk menderita atau capacity to suffer.

Apa itu kemampuan untuk menderita dan apa pula hubungannya dengan kegagalan TLKM dalam menghadirkan layanan OTT unggulan?

Yuk Lanjut Baca

INVESTABOOK Insight

 

Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya

Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!

 

Alfisyahrin

Investor aktif sejak 2018. Suka ngulik data dan mengenali pola sejak kuliah di Sosiologi Universitas Indonesia. Percaya tentang pentingnya kualitas dalam berbagai urusan, termasuk dalam investasi. Sangat tertarik pada titik temu antara keuangan, media, dan teknologi.

Bagikan dan Diskusikan

Telegram
WhatsApp
Twitter
Facebook
0 0 votes
Rating Analisis
Subscribe
Notify of
2
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x

Rekap Laporan Keuangan Sudah Terkirim!

Silahkan cek email kamu!