Akhir tahun 2022, SIDO menutup buku dengan penurunan penjualan sebesar -4% dan laba bersih -12.4%. Penurunan laba bersih pertama kali sejak SIDO IPO di tahun 2013.
Di mulai dari 2Q 2022, inflasi dan penurunan daya beli konsumen – terutama kelas menengah ke bawah – memicu penurunan kinerja SIDO. Alhasil, segmen jamu herbal & suplemen mengalami penurunan penjualan dan laba kotor, untungnya gross profit margin (GPM) yang masih terjaga. Sedangkan untuk segmen makanan & minuman, penjualan masih bertumbuh tipis, tetapi laba kotor dan GPM turun.
Peningkatan penjualan segmen jamu herbal & suplemen di semester 2 – siklus musiman yang menjadi pendongkrak kinerja – juga masih belum mampu memulihkan penurunan di semester 1.
Dalam ilmu behavioral finance, ada yang namanya anchoring bias, yaitu kecenderungan/bias seseorang dalam merespon suatu informasi baru dengan tidak objektif karena masih berpegangan pada informasi lama.
Contoh anchoring bias yang mungkin terjadi bagi investor SIDO saat ini, sebut saja Mr. X. Setelah melihat hasil 2022 SIDO dan tanpa melakukan analisis lebih lanjut, Mr.X masih sangat percaya SIDO akan beat the expectation di periode selanjutnya dan menganggap periode kali ini adalah anomali.
Mr. X tidak mereview tesis investasinya apakah penyebab penurunan kinerja, apakah terjadi perubahan prospek sesuai time frame investasi, apakah pembelian hari kemarin masih “kemahalan” dan sebagainya.
Kami pun sadar kalau terlalu optimis dalam menilai SIDO sebelumnya. Jadi, berapa harga wajar SIDO setelah revisi dari valuasi sebelumnya?
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!