Kinerja bisnis PGAS terus membaik setelah mengalami kerugian di tahun 2020 lalu akibat pandemi COVID-19. Pendapatan dan laba bersih TTM 3Q 2022 PGAS berhasil meningkat +13% dan +8% dibanding FY 2021. ROE pun berhasil terjaga di angka 13%.
Sayangnya, pemulihan kinerja PGAS tahun ini masih dihantui oleh kebijakan harga gas yang ditetapkan pemerintah.
Seperti yang sudah kami sampaikan di INVESTASIGHT “Apa yang Sebenarnya Terjadi pada PGAS?”, kinerja bisnis PGAS sebenarnya sudah mengalami penurunan sebelum membukukan rugi bersih di tahun 2020. Pendapatan yang cenderung stagnan, margin laba yang semakin tipis, hingga ROE yang menurun dalam 1 dekade terakhir.
Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu menjadi salah satu penyebab utama penurunan kinerja PGAS.

Harga gas ditetapkan paling tinggi USD 6/MMBTU untuk 7 industri, yaitu industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca dan sarung tangan karet.
Segmen utama PGAS, yaitu segmen niaga dan transmisi yang berkontribusi atas ±87% dari total pendapatan PGAS jelas terdampak kebijakan ini.
Harga jual rata-rata gas pun menurun signifikan.

Headwind kebijakan harga gas pun masih akan terus berlanjut. Tahun 2021 lalu, Kementerian Perindustrian kembali mengajukan penerapan harga gas USD 6/MBBTU untuk 13 industri tambahan.

13 industri tersebut terdiri dari:
- Industri ban
- Industri makanan dan minuman
- Industri pulp dan kertas
- Industri logam
- Industri permesinan
- Industri otomotif
- Industri karet remah
- Industri refraktori
- Industri elektronika
- Industri plastik fleksibel
- Industri farmasi
- Industri semen
- Industri asam amino
Berat sekali ya beban “tugas negara” yang harus dipikul PGAS …
Kira-kira bagaimana strategi PGAS untuk kembali meningkatkan kinerja bisnisnya di masa depan?
Bangun Conviction
Dengan INVESTASIGHT!
Akses Semua Riset & Modul Belajar dengan Langganan Paket Belajar
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!