Setelah merilis laporan keuangan dan business update per Q3 2022, harga saham META turun signifikan hingga 23%. Padahal, belum sampai setahun lalu, saat merilis laporan keuangan Q4 2021, harga saham META juga turun signifikan 26%.
Hingga artikel ini ditulis, harga saham META terus turun dan membuatnya kembali ke level harga pada September 2015.
Secara year to date, harga saham META sudah turun 72%.
Pelaku pasar sepertinya percaya, META sedang mengalami perfect storm karena berbagai tantangan yang sedang dialami bisnisnya. Penurunan Daily Active User (DAU) Facebook App pada Q4 2021 memang tidak lagi berlanjut. Secara year on year, DAU Facebook App per Q3 2022 naik 52 juta.
“Across the family, some apps may be saturated in some countries or some demographics, but overall our apps continue to grow from a large base.”
(Mark Zuckerberg in META Q3 2022 Earning Call)
Namun, banyak dari sentimen negatif terhadap kinerja keuangan META yang masih relevan.
- Pertumbuhan pesat Tiktok yang memaksa META mendorong adaptasi pengguna terhadap Reels yang monetization rate-nya lebih rendah dibanding Feed dan Stories.
- Penerapan App Tracking Transparency (ATT) di iOS oleh Apple yang membuat META Ads tidak bisa mendapatkan data conversion (App Install, in App Purchase, E-Commerce Sales) dari aplikasi pihak ketiga. Bagi pengiklan, hal ini membuat biaya beriklan di META Ads jadi lebih mahal sekaligus kurang andal. Manajemen META mengestimasi kebijakan ATT di iOS ini membuat mereka kehilangan pendapatan US$ 10 miliar di tahun 2022 atau setara dengan 9% dari pendapatan META Ads per TTM Q3 2022.
- META masih harus “membakar” US$ 10-15 miliar per tahun hingga 5-10 tahun ke depan untuk membangun metaverse. Di earning call Q3 2022, David Wahner, CFO META, mengatakan bahwa mereka memperkirakan kerugian bisnis Reality Labs akan meningkat signifikan di tahun 2023.
Kinerja keuangan META dalam 12 bulan terakhir memang tidak terlalu baik.
Pendapatan stagnan, laba usaha turun 25%, laba bersih turun 27%, dan Free Cash Flow turun 33%.
Namun, penurunan kinerja keuangan tersebut tetap tidak separah penurunan harga sahamnya. Kok bisa?
Here is the thing. Harga saham adalah cerminan ekspektasi terhadap kinerja keuangan di masa depan.
Pelaku pasar akan memburu saham dan membuat harga sahamnya naik, bukan karena kinerja terkininya bagus, tetapi mereka karena berekspektasi kinerjanya akan jadi lebih baik di masa depan.
Sebaliknya, pelaku pasar akan bergegas menjual saham dan membuat harga sahamnya turun ketika mereka berekspektasi kinerjanya akan jadi lebih buruk di masa depan.
Di tengah berbagai headwind yang tengah menimpa META dari sisi pendapatan, investor berharap bisa mengamankan “jatah” keuntungan mereka melalui cost control. Namun, expense outlook 2023 yang dipaparkan di earning call Q3 2022 membuyarkan ekspektasi tersebut.
Total expense META di tahun 2023 diperkirakan akan tumbuh 13-16% di saat hampir semua perusahaan teknologi sedang mengencangkan ikat pinggang.
The worst isn’t over yet.
Bagaimana dengan tahun 2024 dan setelahnya?
They don’t give a s**t. Rata-rata holding period investor di US kini cuma 5,5 bulan. Mereka tidak terlalu peduli pada apa yang akan terjadi dalam 5-10 tahun ke depan.
Namun, bagi Quality Investor dengan time horizon 5-10 tahun, META sebenarnya punya sejumlah kabar baik.
Apa saja itu? Mari kita bahas!
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!