Eka Tjipta Widjaja (1921-2019) lahir di Quanzhou, selatan Fujian, China dengan nama Oei Ek Tjhong, merupakan seorang tycoon imigran keturunan Tionghoa yang membangun salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia: Sinar Mas.
Jiwa kewirausahanya sudah muncul sejak beliau masih berumur sembilan tahun. Selepas migrasi dari Quanzhou, beliau membantu toko kelontong milik orang tuanya dengan berjualan biskuit, permen, dan aneka barang kebutuhan lainnya dari pintu ke pintu, hingga pada akhirnya bisa dekat dengan para importir dari luar negeri.
Di tahun 1950, beliau mulai berdagang kopra sampai Pulau Selayar, Seulawesi Selatan. Manuver bisnisnya mengantarkan beliau menjadi pemasok kebutuhan TNI pada dekade yang sama.
Baru pada dekade 1960-an, Eka Widjaja mendirikan CV Sinar Mas di Pasar Pagi, Jakarta. Pada masa-masa awal Sinar Mas, fokus utama bisnisnya adalah ekspor barang, terbantu oleh kelihaiannya membangun relasi dengan para importir jauh sebelum dia memiliki kesempatan untuk melakukan ekspor.
Perlahan Eka Widjaja mengembangkan bisnisnya. Pemahamannya atas bisnis kopra menjadi awal bagi Eka untuk membangun fondasi terkuat perjalanan bisnisnya, CV Bitung Manado Oil. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah minyak goreng merek Bimoli.
Tidak cukup sampai di situ, Sinar Mas di bawah kepemimpinan Eka terus merambah sektor bisnis lain. Langkah selanjutnya dimulai pada tahun 1972 dengan mengakuisisi perusahaan Tjiwi Kimia (TKIM) yang kemudian ditransformasikan menjadi perusahaan pulp & paper. Di tahun yang sama, Eka masuk ke bisnis konstruksi dengan mendirikan PT Duta Pertiwi Tbk. (DUTI).
Lalu pada tahun 1980 Sinar Mas meng-upgrade teknologi penghasil minyak makan agar bisa memproduksi menggunakan bahan baku kelapa sawit, menggantikan kopra. Seperti yang kita ketahui, ini adalah cikal bakal Golden Agri-Resources (SGX: E5H) yang terdaftar di Bursa Efek Singapura. Ya, GAR adalah induk dari PT SMART Tbk. (SMAR) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dua tahun berselang, Eka Tjipta Widjaja menambah luas eksposure menuju sektor keuangan dengan akuisisi Bank Internasional Indonesia (BII) serta mendirikan PT Internas Artha Leasing —kemudian ganti nama menjadi Sinar Mas Multiartha (SMMA). BII berakhir dinasionalisasikan menyusul Krisis finansial Asia 1997. Eka kembali masuk ke sektor bank pada tahun 2005 setelah mengakuisisi Bank Shinta yang kemudian diganti nama menjadi Bank Sinarmas (BSIM).
Atas kemampuannya bermanuver di lekukan-lekukan ekonomi Indonesia, Eka Widjaja menerima penghargaan Doktor Honoris Causa dalam bidang ekonomi dari Pittsburg State University di Pittsburg, Kansas, Amerika Serikat. Menyebut Eka sebagai “ultimate entrepreneur”.
Kini, gurita bisnis yang dibawahi oleh Sinar Mas mereka sebut sebagai 7 Pilar Bisnis Sinar Mas. Terdiri dari:
- Pulp dan Kertas
- Agribisnis dan Pangan
- Layanan Keuangan
- Pengembang dan Real Estate
- Telekomunikasi
- Energi dan Infrastruktur
- Layanan Kesehatan
Menjadikan Sinar Mas sebagai salah satu konglomerasi paling terdiversifikasi di Indonesia. Inilah bagian menariknya.
Seperti yang kita ketahui, perusahaan konglomerasi akan mendapati sejumlah keunggulan jika bisa dijalankan dengan saling terintegrasi antar lini bisnis. Sejalan dengan common sense tersebut, konglomerasi terdiversifikasi luas seperti Sinar Mas tentu akan menemukan kesulitan jika ingin menyinergikan dan mengintegrasikan semua lini bisnis miliknya.
Hal yang paling masuk akal adalah melepaskan masing-masing lini bisnis untuk dijalankan secara independen di bawah satu panji konglomerasi yang sama.
“Kami percaya dengan pepatah ‘satu kapten untuk satu kapal,”
Linda Wijaya (cucu Eka Tjipta Widjaja)
Nama grup (dan logonya) memang sama, namun step by step value chain-nya jauh berbeda. Tentu saja prospek masa depan masing-masing bisnis juga berbeda. Jumlah pilar bisnisnya pun juga mungkin untuk bertambah, atau bahkan berkurang.
Mangkatnya Eka Tjipta Widjaja praktis menjadikan posisi pimpinan tertinggi masing-masing lini bisnis dibebaskan kepada masing-masing keturunan. Memperkuat kesan independen yang ditimbulkan masing-masing pilar bisnisnya.
Seperti yang kita sudah ketahui, manajemen juga merupakan faktor kualitatif yang mempengaruhi analisis terhadap suatu bisnis.
Lantas bagaimana potensi masa depan dari konglomerasi Sinar Mas? Siapakah keturunan yang paling tepat untuk memegang kendali penuh setelah Eka Tjipta Widjaja?
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!