Salah satu infrastruktur IT yang digadang-gadang akan memiliki prospek pertumbuhan yang menjanjikan adalah data center. Revolusi Industri 4.0 seperti Big Data, AI (Artificial intelligence), Machine Learning, dan Internet of Things (IoT) semuanya berbasis data dan akan membutuhkan sistem pemrosesan data yang besar. Tak belebihan jika mengatakan bahwa data center akan menjadi tulang punggung penopang keberlangsungan digitalisasi.
Salah satu perusahaan yang menyediakan layanan data center adalah DCII (PT DCI Indonesia Tbk). DCII Didirikan pada tahun 2011, saat ini DCII merupakan salah satu pusat data tier 4 di Indonesia dan Asia Tenggara.
DCII memberikan jasa berupa colocation, crossconnect, flexspace dan smarthands. Namun jika dilihat dari pendapatannya selama ini, colocation merupakan layanan jasa utama yang menghasilkan lebih dari 90% pendapatan, sedangkan crossconnect, flexspace dan smarthands hanya merupakan layanan jasa penunjang.
Di tengah inovasi dan proses digitalisasi berbagai industri, perusahaan berlomba-lomba menghasilkan solusi terdepan, termasuk pada persaingan data center, semakin banyak perusahaan yang berlomba masuk ke dalam industri ini. Bisnis data center kini berubah menjadi lapangan keras seperti medan perang, apalagi hampir tidak ada barrier to entry untuk masuk ke bisnis data center. Bermodal dana yang besar, siapapun sudah bisa membuat bisnis data center.
Namun apakah memang sesederhana itu?
Pada akhirnya kita harus memperkirakan siapa yang menjadi pemenang dan tentu saja seberapa profitable perusahaan tersebut. Untuk mengukur dan memperkirakan hal itu, kita harus mengetahui keunggulan kompetitif atau moat yang dimiliki perusahaan.
Keunggulan kompetitif merupakan modal perusahaan bisa terus compounding kedepannya. Namun semakin bagusnya prospek sebuah bisnis, pasti semakin banyak kompetitor yang melihat dan ingin ikut menikmati keuntungan tersebut. Seperti kata pepatah, ada gula ada semut.
The key to investing is not assessing how much an industry is going to affect society, or how much it will grow, but rather determining the competitive advantage of any given company and, above all, the durability of that advantage. The products or services that have wide, sustainable moats around them are the ones that deliver rewards to
investors.Warren Buffett
Pernah menonton film atau melihat kastil kuno? Kastil tersebut selalu memiliki perairan yang dalam dan luas di sekelilingnya. Namun, mereka tidak dirancang untuk hiburan atau memperindah kastil. Parit ini dibuat untuk melindungi kastil dari serangan.
Sebagai bentuk pertahanan, parit cukup efektif. Kastil tanpa parit rentan terhadap serangan dari bawah, karena lawan sering berfikir satu-satunya cara untuk mengejutkan penghuni kastil adalah dengan membuat terowongan di bawah kastil dan menyerang dari bawah. Parit, bagaimanapun, membuat proses pembuatan terowongan di bawah kastil hampir tidak mungkin.
Ketika parit diisi dengan air, biasanya parit itu cukup dalam sehingga menyulitkan penyerang untuk menyeberang. Selain sulit untuk berenang dengan senjata, penyerang akan enggan untuk mencoba berenang karena mereka akan terlalu rentan terhadap serangan dari penjaga kastil. Parit inilah yang disebut dengan “moat” istilah yang sama dipakai Warren Buffett untuk menggambarkan keunggulan kompetitif bisnis yang sulit dikalahkan.
Bisnis data center di Indonesia memang sangat potensial seiring pesatnya pertumbuhan pengguna internet di Tanah Air, terutama pada bisnis colocation data center. Sebenarnya apa itu data center colocation? Lalu, apakah DCII memiliki moat yang cukup lebar di tengah medan perang data center?
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!