Jika kamu ditanya tahun 2023 lalu, emiten komponen otomotif mana yang growth story-nya lebih menarik, kemungkinan kamu akan menjawab DRMA.
Kinerja pertumbuhan DRMA dalam beberapa tahun terakhir ini memang sangat superior. Dalam 5 tahun terakhir, skala bisnis yang diukur dari nilai penjualan naik lebih dari 2x lipat dengan rata-rata pertumbuhan 18% per tahun.
Adapun SMSM, emiten komponen otomotif lain di Bursa Efek Indonesia, hanya mampu meningkatkan penjualannya rata-rata 5% per tahun di periode yang sama.
Hasilnya, pada tahun 2023, DRMA yang baru IPO pada tahun 2021 ini mampu mengalahkan skala pendapatan SMSM.
Peningkatan skala bisnis DRMA juga disertai dengan margin expansion yang membuat laba bersih DRMA tumbuh 5x lipat dalam dalam 5 tahun terakhir, meskipun tetap bisa bisa mengalahkan laba bersih dan profit margin SMSM.
Namun, tren pertumbuhan bisnis yang cepat biasanya juga mengundang para spekulator dan trend-follower di pasar saham. Mereka yang tidak peduli hubungan antara nilai dan harga sehingga akan selalu mau membayar lebih mahal jika tren pertumbuhan masih terus berlanjut.
Ketika tren pertumbuhan berubah, mereka pula lah yang pertama kali meninggalkan growth stock seperti DRMA.
Aksi jual para trend follower itu lah yang membuat harga saham DRMA dari puncaknya ke Rp 1.700an hingga saat ini di range Rp 800 – 900an.
Hal serupa juga terjadi di SMSM. Harganya sahamnya saat ini turun dari all time high di Rp 2.400an ke level Rp 1.550 – Rp 1.700an.
Apakah ini peluang investor jangka panjang yang punya toleransi tinggi terhadap volatilitas harga (bahkan kinerja bisnis) dalam jangka pendek?
Mampukah keddua bisnis komponen otomotif tersebut melanjutkan tren pertumbuhannya di masa depan dan terus mencetak all time high?
Jika harus memilih salah satu, bisnis mana yang menawarkan peluang investasi lebih menarik?
Mari kita bahas!
Yuk Lanjut Baca
INVESTABOOK Insight
Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya
Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!