ULTJ yang Tetap Tumbuh Meski Pangsa Pasar Turun

Segmen dairy tumbuh pesat, pangsa pasar ULTJ justru terus tergerus di beberapa tahun terakhir. Tapi, ULTJ tetap mampu mempertahankan kinerjanya yang apik.

Semakin pesatnya pertumbuhan industri susu di Indonesia, membuat persaingan antar produsen susu Ultra High Temperature (UHT) menjadi semakin sengit. Salah satu pemain besar yang cukup dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat adalah PT Ultrajaya Milk Industri & Trading Company (ULTJ).

Pertumbuhan cepat di sektor bisnis tersebut memiliki dampak positif bagi ULTJ, mengubah perusahaan dari mediocre company menjadi wonderful company.

Saat ini, ULTJ menjadi perusahaan dengan pangsa pasar terbesar di industri susu UHT mengalahkan nama besar lainnya seperti Indomilk, Frisian Flag, dan lain-lain.

Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, pangsa pasar perusahaan terus tergerus oleh para pesaingnya.

Cerita ini mirip dengan UNVR yang digempur berbagai produk baru dari para pesaing, yang menjadi salah satu penyebab harga sahamnya anjlok sejak 2018.

Berbanding terbalik dengan UNVR, meski pangsa pasar ULTJ terus turun, faktanya harga sahamnya justru naik signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Kinerja jangka panjang ULTJ

Peningkatannya bahkan tidak main-main, setiap tahun harga saham ULTJ naik rata-rata lebih dari 17% dalam 10 tahun terakhir. Return yang cukup menarik, bahkan mampu melebihi return saham bluechip yang lain.

Lalu, apa yang membuat nasib ULTJ berbeda dengan UNVR?

Mari kita bahas!

Transformasi Sang Mediocre Menjadi Wonderful Company

Susu Ultra Milk telah meluncur ke publik sebagai susu cair kemasan karton yang diolah secara UHT sejak 49 tahun lalu. Ini adalah solusi ala Sabana Prawiradijaja untuk menjaga khasiat dari susu murni yang bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama tanpa pengawet.

Namun, produksi susu UHT yang sangat padat teknologi memerlukan volume yang besar untuk menjadi efisien dan profitable. Terlebih, belum banyak masyarakat Indonesia yang menjadikan susu sebagai daily diet.

Konsumsi susu terbesar ada pada masa bayi dan anak-anak dengan susu bubuk sebagai pilihan utama. Varian kental manis mengikuti setelahnya dan sering diposisikan sebagai tambahan untuk minuman dan/atau makanan lain.

Situasi pasar konsumen susu itulah yang membuat ULTJ menjadi mediocre company sejak lama. Karena alasan yang sama, akhirnya ULTJ membuat varian minuman UHT lain, seperti Buavita, Teh Kotak, dll.

Namun hasilnya tidak berpengaruh signifikan.

Profitabilitas ULTJ mulai berubah ketika manajemen menjual hak merek Buavita dan Go-Go kepada Unilever Indonesia dengan nilai 400 miliar rupiah dengan perjanjian ULTJ tetap yang menjadi produsen (toll manufacturing).

Terlebih lagi di tahun 2012, mulai terjadi perbaikan kinerja yang tercermin dari profitabilitas yang dihasilkan perusahaan.

ROE ULTJ

Return on Equity (ROE) ULTJ meningkat pesat dari 10% di tahun 2011 menjadi 23%. Padahal, sebelumnya ULTJ kesulitan untuk bisa meraih ROE double digit. Ajaibnya, profitabilitas tersebut terus konsisten hingga kini.

Apa rahasianya?

Yuk Lanjut Baca

INVESTABOOK Insight

 

Langganan & Akses 250+ Insight Lainnya

Jika sudah berlangganan, kamu bisa login di sini!

 

Prasetyo Utomo

Investor Saham & Anggota Quality Investor Club (QIC)

Bagikan dan Diskusikan

Telegram
WhatsApp
Twitter
Facebook
0 0 votes
Rating Analisis
Subscribe
Notify of

Insight Menarik Lainnya

3
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x

Rekap Laporan Keuangan Sudah Terkirim!

Silahkan cek email kamu!