Capital Intensity: Indikator yang Diremehkan dalam Valuasi

Perusahaan lebih bernilai bukan cuma ketika menjanjikan potensi pertumbuhan yang lebih besar atau risiko lebih rendah, tetapi juga kita butuh lebih sedikit modal untuk bertumbuh.

Valuasi adalah salah satu topik paling menarik dalam investasi saham. Dengan sejumlah metrik valuasi seperti PE, PBV, dividend yield atau varian lainnya, kita lantas merasa punya dasar untuk menilai apakah harga yang ditawarkan oleh Mr. Market saat ini terlalu mahal atau terlalu murah dibanding value yang kita dapat.

Kita juga seringkali menggunakan metrik valuasi untuk membandingkan, di antara sejumlah opsi saham yang tersedia, mana yang paling murah dan menawarkan margin of safety yang lebih tebal.

Jebakan di balik penggunaan metrik valuasi secara serampangan dalam pengambilan keputusan investasi sudah beberapa kali kami bahas.

Salah satunya jebakan tersebut adalah membandingan perusahaan yang sebenarnya tidak comparable. Dalam kasus MNCN vs SCMA dan BBCA vs Other Big Four, kita belajar bahwa bahkan perusahaan yang berada di industri yang sama belum tentu memiliki profil value creation yang sama.

Dalam metrik valuasi, selalu ada unsur price dan value. Dalam metrik Price to Earning (PE) misalnya, kita membandingkan antara harga saham dengan laba bersih per saham yang kita dapat.

Namun, kualitas laba bersih dari tiap perusahaan berbeda-beda.

Perusahaan yang laba bersih per sahamnya bisa tumbuh lebih cepat, layak dihargai dengan PE yang lebih tinggi. Karena itulah muncul metrik seperti Price to Earning Growth (PEG).

Namun, profil value creation bukan cuma soal growth. Warren Buffett bahkan mengatakan bahwa growth yang besar belum tentu menciptakan value yang besar juga untuk pemegang saham.

Laba bersih yang berasal dari bisnis yang kuat, neraca yang sehat, dan pertumbuhan organik dari pendapatan juga layak dihargai dengan PE lebih tinggi.

Bisnis dengan potensi pertumbuhan laba bersih yang lebih cepat memang berpotensi membuat PE at average cost kita lebih rendah di masa depan dan membuatnya layak dihargai dengan PE yang lebih tinggi. Namun, masa depan selalu mengandung ketidakpastian. High quality & low risk business bisa menurunkan tingkat ketidakpastian tersebut.

Namun, faktor pembentuk value sebuah bisnis bukan cuma growth & risk. Ada satu indikator lain yang tidak kalah penting, yakni capital intensity.

Sebuah bisnis punya laba bersih yang lebih bernilai sehingga layak dihargai dengan PE lebih tinggi bukan cuma karena laba bersihnya di masa depan bisa tumbuh lebih cepat (higher growth) atau lebih konsisten (lower risk), tetapi juga karena butuh lebih sedikit modal (capital light).

Penilaian ulang dengan penekanan pada capital intensity ini pula yang membuat saya mantap untuk kembali melakukan penjualan terhadap salah satu saham compounder di portofolio saya sekaligus merevisi sejumlah poin yang saya pantau dari portofolio saya.

Oke, mari kita bahas!

Yuk Lanjut Baca Jurnal Investasi Founder INVESTABOOK
Dengan Berlangganan Paket Committed Investor atau Quality Investor!

 

Pilih Paket!

Alfisyahrin

Investor aktif sejak 2018. Suka ngulik data dan mengenali pola sejak kuliah di Sosiologi Universitas Indonesia. Percaya tentang pentingnya kualitas dalam berbagai urusan, termasuk dalam investasi. Sangat tertarik pada titik temu antara keuangan, media, dan teknologi.

Bagikan dan Diskusikan

Telegram
WhatsApp
Twitter
Facebook
0 0 votes
Rating Analisis
Subscribe
Notify of

Tesis Investasi Lainnya

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x

Rekap Laporan Keuangan Sudah Terkirim!

Silahkan cek email kamu!