Di artikel ini, saya menulis tesis awal saya saat mulai membeli saham META (sebelumnya FB):
“Dengan keuntungan skala ekonomis dan efek jaringan yang telah matang dari bisnis iklan digital, ditambah potensi pertumbuhan lain dari 1) WhatsApp yang belum sepenuhnya dimonetisasi, 2) commerce & creator economy, serta 3) virtual reality/augmented reality, pada 23 September 2021 saya mulai membeli saham FB pada harga $346.”
Ada banyak perkembangan yang terjadi selama 14 bulan setelah pembelian pertama saya di saham META.
- 28 Oktober 2021: Facebook mengubah nama mereka menjadi Meta Platform untuk menunjukkan bahwa mereka bukan lagi sekadar social media company. META ingin melanjutkan misinya untuk menghubungkan manusia lewat teknologi dengan membangun metaverse (sebutan untuk inisiatif Virtual Reality dan Augmented Reality) sebagai the next computing platform.
- 2 Februari 2022: Untuk pertama kalinya, di earning call Q4 2021, META melaporkan kinerja segmen Family of App (Facebook, Instagram, dan WhatsApp) dan Reality Labs (Metaverse) secara terpisah. Pada full year 2021, kerugian segmen Reality Labs mencapai US$ 10,2 Billion dan masih akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
- 27 April 2022: META melaporkan perlambatan pertumbuhan pendapatan iklan yang signifikan di Q1 2022 (7% vs 30-40% di kuartal-kuartal sebelumnya) karena persaingan dengan Tiktok, transisi ke Reels yang masih undermonetized, kebijakan App Tracking Transparency (ATT) Apple, dan normalisasi advertising demand pasca pandemi.
- 26 Oktober 2022: META melaporkan perkembangan adopsi Reels yang lebih baik dari ekspektasi, baik dari sisi engagement yang meningkatkan time spent secara keseluruhan di Facebook dan Instagram (bahkan mulai mencuri time spent Tiktok) dan perkembangan monetisasi yang lebih cepat dari Stories.
- 9 November 2022: META mengumumkan PHK besar-besaran hingga 11 ribu pegawai atau setara 13% dari total pegawai. Langkah ini diambil karena ekspektasi pertumbuhan yang terlalu optimis pada adopsi e-commerce pasca pandemi. META berusaha lebih capital efficient dengan merealokasi sumber dayanya ke sejumlah prioritas utama seperti AI discovery engine, platform iklan dan layanan bisnis, serta metaverse.
Selama 14 bulan pula saya terus memantau perkembangan dan meng-update tesis investasi saya. Hasilnya, hingga artikel ini ditulis, saya tidak pernah punya kesimpulan selain buy & hold. Saya tetap yakin bahwa META adalah salah satu wonderful company yang paling disalahpahami di investable universe saya.
Dibanding estimasi nilai intrinsik META terakhir saya di $240 per lembar saham, saya memang terbukti beberapa kali overpaying. Saya meremehkan multiple headwind di bisnis iklan digital META yang ternyata membuatnya tidak sanggup tetap bertumbuh sambil membiayai investasi Reality Labs.
Saya sudah cukup sering membahas kesalahpahaman investor pada META. Mulai dari soal metaverse hingga AI capabilities yang sedang mereka kembangkan.
Namun, bukan berarti saya tidak punya catatan buruk tentang bisnis META. Seperti yang saya tulis di artikel ini, seorang investor harus belajar dari pemain poker yang “bukan cuma memikirkan apa yang bisa membuat kita benar dan menang, tetapi juga apa yang bisa membuat kita salah dan kalah.”
Selain worse than expected short term headwind, catatan buruk ini adalah alasan mengapa META belum layak menjadi trillion dollar company tahun ini.
Apa saja catatan buruk itu?
Mari kita bahas!
Yuk Lanjut Baca Jurnal Investasi Founder INVESTABOOK
Dengan Berlangganan Paket Committed Investor atau Quality Investor!